Kasih Yang Tak Terucap

Ibu. Siapa itu Ibu? Orang yang melahirkan kita? Orang yang membesarkan kita? Bagaimana kalau dia hanya melahirkan dan tidak pernah membesarkan kita? Atau tidak pernah melahirkan, tetapi membesarkan kita. Jika ditanya tentang ibu, yang ada di dalam memori otakku beragam. Bisa jadi hanya bayangan, tetapi juga ada yang nyata tetapi kadangkala semu. Kenapa semu Dee? Lu nggak dipungut dari tong sampah kan? Atau dipungut dari panti asuhan? Dari tong sampah jelas nggak, dipungut dari panti asuhan salah besar. Terus?
                               
Aku punya dua ibu. Nanti aku akan menyebutnya ibu pertama dan kedua, karena kalau ibu kandung dan ibu tiri kesannya kok ya nggak sreg gitu. Ibu pertama adalah ibu yang melahirkan aku tetapi tidak pernah membesarkan aku. Dee, ibu lu membuang lu ya? Atau ibu lu menjual lu? Ahhh ambil tipe ex, salah! Jangan drama dan lebay deh hahaha.

Ibu pertama meninggal ketika aku berumur kurang lebih dua tahun. Konon kabarnya ketika adikku yang bungsu berumur seminggu. Serangan jantung begitulah cerita yang aku dengar. Tetapi yang lebih takjub cerita yang pernah aku dengar adalah ibu meninggal karena diteluh atau guna-guna. Konon lagi nih yang melakukan masih saudara dan sekarang sudah meninggal, entahlah aku sendiri lupa karena masalah apa. Aku juga tidak memusingkan berita yang baru saja aku dengar beberapa tahun tahun belakangan. Katanya tidak mau diceritakan ketika orang itu masih hidup, takutnya kami anak-anak ibu akan membenci orang tersebut. Seandainya masih hidup, memangnya kami bisa apa? Meneluhnya juga? Hahaha saingan sama mbah dukun dong. Tidak perlu membenci orang tersebut, konon hidupnya juga nggak bahagia. Lupakan saja. Skip.

Aku mengenal ibu pertama hanya dari cerita keluarga dan orang-orang. Kata mereka ibu cantik dan baik. Aku sendiri baru melihat photo ibu setelah tamat kuliah mungkin. Dulu pernah waktu kecil melihat photo ibu di rumah saudara jauh. Ketika ibu meninggal Bapak melenyapkan semua photo-photo ibu dari rumah karena kesedihannya. Ibu menurut saudara-saudaraku orang yang ulet dan tegas. Ibu pertama dalam benakku tidak sedikitpun ada bayangan. Bahkan menurut cerita yang aku dengar, aku tetap bermain dengan riang ketika ibu pertama meninggal. Apa yang ada di pikiran seorang anak kecil yang belum genap berumur dua tahun? Ketika melihat photo ibu pertama, aku melihat mata ibu begitu tajam, tegas tetapi cantik dan penuh kasih.

Ibu kedua adalah adik ibu yang menikah dengan Bapak setelah kepergian ibu pertama. Seorang gadis yang belum tamat sekolah dasar, yang perbedaan umur dengan kakakku tertua mungkin hanya beberapa tahun saja. Dia tidak melahirkanku, tetapi orang yang membesarkanku, adik dan kakak-kakakku. Pernah membayangkan seorang gadis yang mungkin masih punya mimpi tentang masa depannya, tiba-tiba masa depan itu harus pupus karena menikahi seorang duda beranak enam. Dulu ketika aku masih kecil, tidak penah terpikir apa yang membuat ibu kedua ini bersikap tidak seperti ibu-ibu lainnya.

Hey! Jangan membayangkan kisah ibu tiri yang kejam lho ya. Ibu kedua tidak seperti itu. Tetapi memang ada jarak antara kami. Seperti ada rasa yang tidak bisa menyatu. Tetapi kami tetap menghormatinya, walau terkadang ketika kami masih kecil dan remaja ada gelombang kecil, sedang dan sesekali besar yang terjadi antara kami.

Ibu kedua, dia dengan dunianya, kami dengan dunia kami. Kesannya dunia lain gitu ya :p. Tidak ada pelukan manja, tidak ada panggilan sayang, tidak ada curhat-curhatan. Tetapi jangan dibayangkan sepanjang hidup kami tidak pernah mengobrol satu sama lain. Kami tetap berkomunikasi. Kadangkala bercanda juga, terkadang :). Tetapi mungkin kami tidak bisa saling terbuka.

Sewaktu aku masih kecil dan remaja seringkali aku “protes” dengan keadaan tersebut. Kenapa dia tidak bisa menjadi ibu seperti ibu teman-temanku? Setelah dewasa aku baru memahami kondisi yang terjadi di kehidupan kami. Tidak ada yang sempurna. Apapun yang terjadi di masa lalu, setidaknya satu hal yang paling aku pribadi syukuri adalah, kami masih punya keluarga. Kami tidak terpisah satu sama lain ketika masih kecil. Bayangkan jika Bapak menikah dengan wanita yang bukan dari pihak keluarga ibu pertama, hal yang paling buruk adalah kami mungkin akan ditinggalkan. Perempuan mana yang mudah menerima enam orang anak yang masih kecil. Ibu kedua pun  masih dalam proses menjadi seorang remaja. Sangat tidak mudah melakoninya.

Ketika masih kecil dan remaja hal yang seringkali aku pertanyakan  kenapa ibu yang melahirkanku harus meninggal secepat itu? Sehingga Bapak harus menikah dengan ibu kedua. Sehinga aku merasa kehidupanku tidak normal seperti keluarga lainnya. Come on Dee! Lebih beruntung mana kamu dengan anak-anak yang tidak pernah mengenal orang tua mereka sendiri. Anak-anak di panti asuhan yang hidup tanpa tahu siapa sanak saudaranya. Anak-anak yang terlantar, bahkan yang dieksploitasi orang tuanya.


Yah, bersyukur. Itu kata yang paling tepat. Bahkan aku harusnya sangat bersyukur mempunyai ibu yang melahirkan dan ibu yang membesarkanku. Walaupun aku tidak bisa mengenal ibu pertama bahkan tidak pernah merasakan kasih sayangnya. Dan dengan ibu kedua yang sepertinya ada batas antara kami. Yang aku tahu mereka pasti menyayangi aku, dan saudara-saudaraku. Ibu pertama walaupun hanya sebentar kami bersama, aku tahu cintanya kepada kami sangat besar. Ibu kedua, walaupun kami tidak bisa saling mengutarakan rasa sayang, jauh dilubuk hatinya dia pasti juga menyayangi kami. Bahkan jika tidak menikah dengan Bapak pun, dia tetaplah tante kami. Tidak semua orang kan bisa mengekspresikan apa yang ada dalam hatinya. Mungkin begitu adanya dengan kami, saling menyayangi dengan cara begini.

Terima kasih buat ibu-ibuku. Terima kasih sudah melahirkan aku. Walaupun hanya sebentar dirimu bersama kami, kau selalu ada di hati kami. Selalu ada dalam doa-doa kami. Semoga kau tenang di dalam tidur panjangmu. Terima kasih sudah mengasuh dan membesarkan kami, maafkan jika kami terkadang membuat hari-harimu tidak nyaman. Terima kasih atas pengorbananmu untuk kami. Terima kasih ibu-ibuku…

*********************************************************************************

Finally,  satu tema dari kacrut menulis mengisi kekosongan blog ini :), saat tulisan-tulisanku yang lain masih nongkrong dengan manisnya didraft. Ayo Dee, jangan malas ^_^

Dee

Sumber gambar : Google

4 komentar:

  1. Ayo, dilanjutkan tema yg berikutnya. hehehe

    BalasHapus
  2. asikkk ayoo dee jgn malas hehehe

    jadi ada ibu biologis, ibu psikologis dst, semua itu ibu kita yah Dee :)

    BalasHapus
  3. Iya Om Bisot, beliau2 tetaplah ibu :)

    Malasss enyahlah :D

    BalasHapus