Hai pak Haji... 

Apakabarmu di sana?  Tentu sudah bahagia sekarang. Sudah tidak sakit lagi, sudah bertemu dengan ayah dan ibu. Tidak terasa, sudah setahun dua bulan sejak kepergianmu, pak Haji. 24 November 2017. Baru sekarang aku memberanikan diri menuliskan kisah tentangmu. Dan ini pun aku masih menulis dengan air mata yang mengalir. Setiap mengenangmu, entah kenapa aku masih belum mampu mngenangmu tanpa tangis. Jangan marah ya, pak Haji. Aku masih ingat kok kata-kata terakhirmu. Mengingatkanku untuk kuat, jangan kebawa sedih terus, ketika aku mengabarkan berita adikku meninggal. Dan tidak lama setelah itu, hampir sebulan kemudian pak Haji pun ikut pergi... 

Belum hilang sedih karena kepergian adikku, pak Haji. Bagaikan tidak percaya ketika melihat status di FB saudaramu, mengabarkan kepergianmu. Sungguh aku sangat tidak percaya. Karena beberapa minggu sebelumnya, saat kita ngobrol, kau mengabarkan kondisimu sudah membaik. Aku menangis dalam diam kala itu. Karena aku membaca kabar itu saat di kantor. Aku mencoba mencari kepastian lewat sahabatmu, Mhimi. Ingin rasanya mendengar, itu suatu kesalahan. Namun Mhimi memastikan, kau benar-benar sudah pergi pak Haji...

Kami menangis bersama. Seakan tidak percaya, kau benar-benar tiada. Kau tidak berada di kampung halamanmu saat itu. Jauh di kampung orang. Namun sebelum kau meninggal, saudaramu mengatakan, bahwa kau ingin dikubur di sana, tidak ingin menyusahkan keluargamu. Tidak ingin mereka repot. Sampai akhir hidupmu pun, kau tetap masih memikirkan orang lain. Kau ingat pak haji, aku pernah bertanya, kapan kau akan kembali ke kampung halamanmu. Dan sungguh itu pertanyaan tidak pernah kau jawab, dari semua yang pernah aku tanyakan. Pertanda kah? Bahwa kau tidak akan pernah kembali? 

Kau ingat pertama kali kita kenal? Mhimi yang memperkenalkan kita. Seingatku awal 2015 waktu itu. Dia ingin membantumu mengenalkan pada orang-orang, kenalannya, tentang keahlianmu menggambar. Ya saat itu kondisimu sudah sakit, tetapi tidak mau dikasihani. Dalam keterbatasanmu, kamu masih tetap ingin mencari nafkah sendiri, mencari biaya untuk pengobatanmu. Dan setelah itu beberapa kali kita berbincang lewat inbox FB, bbm kala itu. Belum banyak yang aku ketahui tentangmu. Namun sedikit cerita dari Mhimi, menggambarkan kau sosok yang sabar dan tabah. Setelah mengenalmu beberapa lama, sangat aku percaya kebenaran cerita itu...

Beberapa hari sekali, selalu saling sapa di inbox FB, banyak hal yang kita ceritakan. Dan sebanyak itu cerita, aku tidak pernah membaca keluhanmu tentang sakit yang kau derita. Kau selalu bercanda, selalu ceria. Aku yang hidup dengan normal terkadang malu, selalu ada saja yang aku keluhkan. Kau begitu kuat pak Haji...

Kau ingat asal muasal kita saling memanggil Pak Haji dan Bu Haji? Kau pernah berkeinginan untuk naik haji atau pun umroh. Dan aku bercanda Insya Allah dikabulkan pak Haji. Dan kau pun mendoakanku, bu Haji juga, semoga kita bisa berhaji suatu saat nanti. Sejak itulah, kita selalu melekatkan panggilan itu satu sama lain. Dengan harapan Allah akan mengabulkan doa-doa kita. Dan semoga suatu saat nanti doamu akan terkabulkan pak Haji. Semoga...

Cerita kita tentang kau akan menjadi penulis hebat. Kau ingat, tentang tulisanmu yang berlatar belakang kota Nonsan di Korea? Kau bahkan belum pernah ke sana. Dan kita berniat ke sana, suatu saat nanti. Andaikan nanti tulisanmu bisa diterbitkan, kau bercanda bahwa kalau orang-orang bertanya tentang Korea, harus aku yang menjawabnya. Padahal aku pun belum pernah ke Nonsan. Doakan aku pak Haji, suatu saat nanti aku akan ke Nonsan. Aku akan menceritakan padamu pasti, bagaimana kota yang terkenal dengan strawberrynya itu...

Bermula bbm, inbox di FB, akhirnya setelah beberapa hari ibumu meninggal, aku memberanikan diri untuk meneleponmu. Tidak terbayangkan, ibu yang selama ini merawatmu, harus pergi. Aku merasa iba kala itu padamu, pak Haji. Merasa kau orang paling malang. Namun, tetap ketika kita berbicara, kembali aku malu. Sungguh entah kesabaran dari mana yang diberikan Allah kepadamu. Kau bilang, kau sedih, tetapi kau tidak ingin larut dalam kesedihan. Aku tadi yang berniat menghiburmu, malah aku yang akhirnya menangis. Dan kau mentertawakan aku dengan bercanda, "Wahhhh, nggak jadi nih hibur aku, yang mau bikin tertawa katanya, kok malah nangis". 

Kau ingat pertama kali aku akan meneleponmu. Kau malah tidak mau menjawab langsung teleponku. Setelah aku telepon untuk kedua kali baru kau jawab. Kau bilang, biar kelihatan sedikit jual mahal. Ada-ada saja kan tingkahmu. Dan kau juga bilang, jangan ketawa bila nanti mendengar logat daerahmu. Aku bilang, sepertinya nggak kentara deh logatnya. Kamu jawab lagi, sudah usaha sangat ini menghilangkannya. Hahaha... lihatlah, dalam keaadaan apapun kau selalu berusaha membuat orang lain tertawa. ..

Dari ceritamu, kamu dengan sangat bahagianya berkata bahwa kamu sangat bersyukur, dengan keadaanmu yang tidak normal, kamu masih diberikan kesempatan oleh Allah untuk merawat ibumu. "Andaikan aku tidak sakit seperti sekarang, bu Haji. Mungkin aku sudah berada di kota atau mungkin entah di negara mana. Lupa akan kampung sendiri, dan mungkin lupa akan ibu sendiri. Aku bersyukur diberi sakit seperti ini. Aku bisa merawat ibu sampai akhir". Lihatlah keikhlasan dan kesabaran seperti apa yang ada dalam hatimu pak Haji. Sakitmu kau anggap sebagai berkah, bukan ujian...

Ahhh... begitu banyak cerita-cerita yang kita obrolkan pak Haji. Pertama kali telpon, sampai tiga jam lebih tidak terasa. Sampai kau bilang, "Wahhh sudah panas kupingku, bu Haji". Entah apa yang kita obrolkan selama itu pak Haji. Banyak sekali. Tentangmu yang pernah kerja di Jakarta, tentang asal muasal penyakitmu, tentang upayamu dan keluargamu untuk kesembuhanmu, kenanganmu tentang mendiang ibumu, dan bahkan kita bercerita tentang beberapa hal yang mungkin kita anggap hanyalah mimpi. Tidak pernah ada salahnya dengan mimpi, karena semua berawal dari mimpi katamu. Ahhh aku rindu saat-saat itu, pak Haji...

Kau ingat, pak Haji. Aku pernah menelponmu dengan menangis. Kau sangat kaget. Saat itu aku sedang galau dengan cerita hidup yang sedang melingkari hatiku, pak Haji. Dan kau pun menenangkanku. Tidak memberikan pesan dengan menggurui, tetapi mengena di hati. Kau sepertinya tidak pernah capek dengan keluh kesahku, pak Haji. Selalu membesarkan hatiku, membuat aku kembali tertawa. "Laki-laki itu, kalau dia benar-benar sayang sama bu Haji, tidak perlu berdarah-darah mencintainya. Dia yang tulus, akan selalu berada di sisi bu Haji. Wahhh lama-lama aku pun bisa buka konsultasi masalah percintaan nih, bu Haji. Konsultasilah sekarang, besok-besok nggak gratis lho". Kau selalu bisa membuat hati tenang dan senang, pak Haji...

Aku kadangkala sering membaca kembali obrolan-obrolan kita. Banyak hal yang terkadang sepertinya dulu tidak penting penting yang kita bicarakan, sekarang terasa sangat berarti. Membahas daun kelor, membahas orang-orang yang pesan kalender, yang terkadang permintaan mereka lucu-lucu. Bagaimana dengan perbedaan waktu 8 jam sewaktu aku traveling sendiri ke Eropa, kita masih sempatkan untuk berkabar, padahal terkadang salah satu dari kita sering tertidur, dan baru membalas esok harinya. Kadangkala kau membangunkan aku sewaktu sahur saat Ramadhan tiba. Saling berkirim kabar tentang suasana lebaran di kampung halaman kita. Untunglah sebelum kepergianmu, aku sempat pulang ke kampung halamanku, pak Haji, jadi aku, masih bisa bercerita padamu.

Pak Haji masih ingat, sewaktu aku lagi memasak makanan khas kampungku di rumah Bintaro. yang gagal total. Sala lauak, nama makanannya pak Haji. Kau mentertawakanku, ketika aku mengirimkan photo hasil masakannya, bagaimana bisa ketika aku menggorengnya, meledak kemana-mana, sampai ke plafon. Setelah tertawa kau baru menanyakan apakah aku baik-baik saja. "Kasian plafonnya, bu Haji. hahaha". Sekarang mengingatnya lucu namun juga sedih, pak Haji...

Beberapa kali pak Haji berusaha mengajarkan aku bahasa Makassar atau pun Bugis. Dan selalu aku menyerah. Terlalu susah bagiku. Tentang kau yang bercerita usaha-usahamu untuk tetap menghasilkan uang asal halal, tentang pengobatan yang sedang kau jalani. Atau  pun aku yang seringkali bertanya, tulisanmu mana, sudah sampai mana. Dan bagaimana pula akhirnya kita tahu, kalau sebenarnya dulu kita sudah pernah kenal sewaktu akftif di blog Indosiar. Berapa puluh abad yang lalu :D. Dunia sempit ternyata pak Haji. Banyak hal lain yang kita bahas, pak Haji. Bahkan kadang karena kesibukan, sesekali kita hanya sekedar bertanya kabar. Hal sepertinya dulu biasa, menjadi luar biasa ketika aku membacanya kembali, Pak haji. Karena semua tidak akan pernah terulang lagi...

Kau pernah berjanji, nanti suatu saat nanti kau akan datang ke Bintaro, ke rumahku. "Bu Haji harus masakin aku rendang lho. Ehhh apa saja yang penting masakan bu Haji. Aku selama ini hanya sering dikirim gambarnya saja". Dan semua tidak pernah terwujud, pak Haji. Bahkan janji kita untuk bisa bertemu pun tidak pernah terwujud. Sampai akhir hayatmu, kita tidak pernah bertemu. Namun kehilanganmu seperti sahabat yang sudah sangat sekian lama kenal. Kau lihat, tanpa bertemumu pun, aku bisa begitu merasa kehilanganmu. Sampai saat ini, pak Haji. Saat aku rindu dan ingin bercerita, aku terkadang mengirimkan pesan di WAmu. Pesan yang tidak pernah akan terkirim sampai kapanpun...

Terbayang olehku pak haji, aku saja yang baru mengenalmu, bisa sedemikian kehilangannya. Bagaimana dengan keluarga, saudara-saudara dan sahabat-sahabatmu. Mereka pasti sangat kehilangan. Sosok yang begitu sabar dan tabah.  Yang membaca mungkin akan bingung, aku akan menceritakan sedikit tentang sakitmu. Kau yang dulunya hidup normal, punya kerjaan di Jakarta. Tiba-tiba harus menerima kondisi kedua kakimu tidak berfungsi. Dan itu harus kau jalani bertahun-tahun. Bahkan belakangan, kondisi tangan dan matamu juga bermasalah. Namun kau tetap menerima semua kondisimu dengan tabah. Kau tahu pak Haji, kau sosok nyata tentang keikhlasan. Ikhlas dalam arti sebenar-benarnya.  Sabar-sesabarnya. Karena itu Allah sayang padamu, pak Haji... 

Pak Haji...

Banyakkk hal yang ingin aku ceritakan. Semua hal yang terjadi sepeninggalmu. Tetapi aku tidak ingin mengganggu tidur panjangmu. Tenang di sisi-Nya. Semoga diampuni segala dosa-dosa dan salahmu, dilapangkan dan diterangkan kuburmu, dijauhkan dari siksa kubur. Dan mendapatkan surga nantinya. Aamiin...


Kawan...
Apa kabarmu
Bahagia pasti dirimu 
Bisa bertemu ayah dan ibumu
Tak ada lag sakit menderamu
Damailah disana, dirimu...

Kawan...
Pergimu tanpa tanda
Kau selalu berkata
Kau baik-baik saja
Keluh kesah tak pernah ada
Tanpa pamit kau tiada

Kawan...
Pusaramu entah dimana
Kita bahkan belum pernah bersua
Tapi banyak sudah cerita
Yang kita rangkai dalam kata

Semua tinggal cerita

Sampai nanti kawan...


Dee - 24 Jan 2019







Hello my blog!

Wuidihhh, yang punya blog pemalasnya minta ampun deh. Bisa-bisanya 2018 sama sekali nggak ada tulisan. Magic banget mbaknya. Males banget sih mbak. Mumpung masih awal tahun, yuk  mari cek lagi resolusi untuk 2019 dan seterusnya. Ini sih sebenarnya resolusi traveling :D

Oke, saaatnya menelusuri pencapaian dari resolusi yang sudah ada dan menambah target tahun ini dan tahun-tahun berikutnya. Sebenarnya ini sudah dimulai sejak 2012. Yang sudah terlaksana sengaja tidak dihapus, supaya jadi penyemangat target-target yang lain. Siap-siap pecut diri sendiri, kalau bukan diri sendiri, siapa lagi yang akan menyemangati :D:

1.  Naik haji. Target -> tergantung kuota :D. Lebih cepat lebih baik. target utama, daftar dulu 2019.
2.    Umroh. Done, Desember 2016. Rencana umroh lagi 2020.
3.   Target yang berhubungan sama ibadah dibuat dalam list tersendiri. Dalam catatan pribadi.
4.   Membuka usaha sendiri, biar nggak jadi pegawai mulu, diganti untuk sementara nyari atau buka kerjaan sampingan dulu. Target empat atau limat tahun lagi , tahun ini harus segera direalisasikan. 
5.   Lebih disiplin waktu dan uang hehehe. Target harus sesegera mungkin, setiap saat setiap waktu :D. Progress disiplin uang 75%, waktu 25% nyahahaha
6.    Mengurangi berat badan hahaha. Target sebulan turun dua atau tiga kiloDone. Dari 62 kg. sekarang beratnya 52 kg. Yeayy!
7.    Punya rumah sendiri. Target tahun 2012 atau 2013. AmiinnnnAlhamdulillah sudah tercapai di 2013.
8.   Kalau punya rumah nanti pengen punya perpustakaan pribadi. Target setahun atau dua tahun setelah punya rumah. Target ganti sekitar 2020.
9. Punya mobil sendiri. Target masih lama sih. Nggak urgent soalnya. Berharap system transportasi di negara kita makin baik dan teratur.
10. Disiplin menulis agenda. Target awal 2012. Sudah diterapkan. Harus ditulis biar ingat. Belum konsisten sampai sekarang.
11. Beli Samsung Tab hahaha. Target 2012 kalau ada rejeki, kalau nggak ya mundur tahun berikutnya hahaha. Done!
12. Menulis cerita tentang traveling, Target, yah kalaupun nggak dalam bentuk buku, minimal rajin nulis di blog setiap traveling. Resolusi tahun 2019 harus mulai rajin nulis lagi. Target sebulan minimal dua tulisan.
13. Lancar berbahasa Korea. Ini bukan karena lagi demam Kpop, tetapi suka aja sejak menonton drama Korea. Suka sama pengucapannya. Target satu atau dua tahun lagi (ini dari 2012). Target baru 2019 harus lebih giat lagi (targetnya agak abu-abu ini ahahaha).
14.  Beli kamera DSLR Canon atau Nikon. Target 2013. Ganti dengan kamera Mirrorless. Done, XT-100 di 2018 sudah dibeli.
15.  Rajin olahraga hihihi. Target dalam sehari minimal tujuh menit. Dikit amat. Daripada muluk-muluk sehari satu jam hahaha. Kadang dilakuin, tapi sering nggaknya.  Tetapi udah lebih bagus, kadang berenang.
16. Bisa berenang. Hahaha ngapung sih udah bisa. Target sesegera mungkin aja deh (ketahuan malas olahraga hahaha). Mumpung musim hujan dan musim banjir. Apa hubungannya coba hahha. Done! Horeee akhirnya bisa juga walau belum mahir banget kayak si Deni manusia ikan ahahaha.
17.  Nonton konser CN Blue, kalau bisa di negara asalnya alias Korea. Habisnya di Indonesia batal sih. Catat ya ini band bukan boyband. Nggak dosa juga sih tapi kalau suka sama boyband atau girlband hihihi. Setiap orang berhak punya selera yang berbeda-beda (jiah sok bijaksana). Target tergantung kapan bandnya konser dan ke Koreanya lagi. Done! Mereka akhirnya manggung 2014 di Indonesia.
18.  Makan di pondok  tengah sawah. Hal dulu dilakukan kalau nemanin amak (panggilanku buat Nenek) ke sawah. Target saat pulang kampong. Kapan? Nyahahahaha aja
19. Nonton pertandingan sepakbola langsung di stadion antara timnas Indonesia vs Malaysia. Target, kalau PSSI sudah nggak heboh sendiri hahaha. Masih makin runyam tuh PSSI :D
20.  Pengen curhat tengah malam lagi bareng Mhimi, Tebeh, Riu, Debz tapi nggak pake uji nyali hahaha. Target kapan? Tanya sama yang bersangkutan hihihi. Nggak ada target pasti :D
21.  Naik ke atas Monas!!! Hihihi sudah lama di Jakarta belum pernah tuh ke sana. Target dalam tahun ini deh hihihi (2012). 2019 deh, ada yang mau ikutan? hahaha
22. Pengen merasakan puasa atau lebaran di negara orang. Impian yang aneh hehehe. Target ramadhan dan lebaran 2019 (Udah niat aja mbak jadi Malinkundangwati hahaha)
23. Pengen nyobain seharian keliling naik busway terus menyusuri kota tua. Dihhh itu aja dijadikan impian hahaha. Nggak salah kan? Target Maret atau April 2012 2019.
24.  Naik kereta dari Jakarta – Banyuwangi tetapi turun di setiap  kota terus nyebrang ke Bali (naik kapal bukan berenang lho). Target kalau ada yang mau nemenin hahaha. Sekitar dua atau tiga tahun lagi deh (sejak 2012). Target berubah, 2020 semoga.
25.  Traveling ke Macau, Hongkong & Shenzhen. Target 2012 atau 2013, 2021, kecuali dapat tiket murah sebelum 2021 ahahaha.
26.  Traveling ke Korea di musim gugur. Target 2012 atau 2013. Done, sudah tercapai di 2012!
27.  Traveling ke Jepang di musim semi, biar bisa lihat Sakura bermekaran. Target 2014, tetapi lebih cepat lebih baik. Done! Target tercapai April 2015.
28.  Traveling ke Thailand, Malaysia dan Singapore dalam satu perjalanan. Target kalau bisa 2012, berubah jadi traveling Indochina aja deh. Target 2019.
29.  Traveling ke Karimun Jawa. Target bulan April 2012. Done! 2015
30.  Traveling ke Belitung. Target 2012, belum pasti bulannyaDone! 2015
31.  Traveling ke kepulauan seputaran Jakarta (Kepulauan Seribu). Target 2012 atau 2013. Done! 2014 dan 2015, tetapi ada beberapa lagi yang pengen dikunjungi. Target se-ada waktunya ajah ahahaha.
32.  Traveling ke Yogyakarta sama gank Bandung hihihi. Target 2012, 2019.
33.  Traveling ke Lombok. Target 2013. Done! 2015 & 2016 awal
34.  Pengen nyobain musim dingin, di salah satu negara Eropa  atau Asia (Jepang atau Korea). Target akhir 2014 atau 2015, akhir 2019.
35.  Traveling ke Eropa. Target 2016. Done 2016 & 2017
36.  Pengen lihat Aurora di Iceland. Done 2017
37. Traveling ke Vietnam (masuk ke Indochina) dan Filipina. Target 2015 atau 2016. Hmmm, target 2021 aja deh.
38.  Traveling ke New Zealand. Target 2016 atau 2022.
39.  Traveling ke Korea lagi dan lagi :D maunya sih 2 minggu di sana. Target akhir 2019.
40.  Traveling ke Ora Beach. Target masih dipikirkan hahaha.
41.  Traveling ke Kepulauan Kei. Target masih dipikirkan hahaha.
42.  Traveling ke Derawan. Target masih dipikirkan hahaha.
43.  Traveling ke Ranu Kumbolo. Target masih dipikirkan hahaha.
44.  Traveling ke Raja Ampat. Target masih dipikirkan hahaha.
45.  Traveling ke NTT. Target masih dipikirkan hahaha.
46.  Traveling ke Takabonarate. Target masih dipikirkan hahaha.
47.  Traveling ke Togean. Target masih dipikirkan hahaha.
48.  Balik lagi traveling on boat Komodo – Labuan Bajo. Target masih dipikirkan hahaha.
49.  Traveling ke India. Target 2019.
50.  Travelling ke Eropa lagi. Target 2020.
51.  Traveling ke pelaminan huahahaha. Target kapan dilamarnya aja lah :D
52.   


Sengaja no. 52 dan seterusnya dikosongin, artinya kalau tiba-tiba kepikiran kemana dan ngapain ditulis lagi. Target untuk traveling no 39 sd 48 masih dalam proses mencari hari baik, tanggal baik dan tahun baik, serta rezeki baik, semoga saja ada yang sponsori. Aamiin…

Semoga selalu diberikan kesehatan dan rezeki, selalu diberikan yang terbaik. Menjadi pribadi yang lebih baik. Amiin....

Welcome 2013 2019, annyeong 2012 2018!!!


Dee


Bulir-bulir air hujan membasahi kaca jendela. Rania menatap ke luar jendela kafe dengan tatapan nanar. Matanya berkaca-kaca. Rania memejamkan matanya menahan airmatanya mengalir. Suasana kafe terlihat sepi, mungkin karena hujan. Hanya empat pengunjung yang ada selain Rania. Rania membuka matanya. Dia singgah ke kafe ini karena hujan yang tiba-tiba turun. Dulu Rania sangat menyukai suara hujan. Baginya suara hujan terdengar indah di telinga. Namun sekarang, suara hujan hanya membangkitkan kenangan dan luka. Rania meraih gelas berisi coklat hangat di meja. Menggenggam kedua sisi gelas. Rania menghangatkan tangannya yang terasa dingin, seperti hatinya yang juga terasa dingin.

Hujan masih membuatku merindumu...

****

Satu tahun yang lalu

Rania berlari kecil menuju halte bus di depannya. Saat itu hujan mulai deras. Rania menutupi kepalanya dengan telapak tangan sebelah kanan. Air hujan mulai membasahi baju Rania. Sesampainya di halte yang sudah penuh dengan orang-orang yang berteduh, Rania mencari posisi untuk menghindari hujan yang semakin deras. Rania memandangi hujan, kemudian melihat sekilas orang-orang di sekitarnya yang terlihat memasang wajah kesal. Rania melirik jam tangannya. Sepertinya hujan akan sukses membuat dia dan orang-orang ini terlambat ke kantor. Rania menyunggingkan senyumnya memandangi hujan. Mungkin hanya dia yang tersenyum saat ini. Ada seseoang yang membuatnya menyukai suara hujan. Bahkan dengan kondisi seperti sekarang, dimana dia harus tertahan untuk menuju ke kantor, dan sebagian bajunya basah, baginya suara hujan tetap indah. Rania mengulurkan tangan kanannya, merasakan sejenak hujan dengan telapak tangannya.

“Rania?”

Rania menoleh ke arah suara yang memanggilnya.

“Benar Rania kan?”

Rania menganggukkan kepalanya sambil mengernyitkan dahinya memandangi pria di depannya. Sepertinya dia mengenalnya.

“Haris?”

“Iyaaa, aku Haris. Astaga, mimpi apa ketemu kamu di sini. Tadi aku sempat ragu ketika tadi lewat. Dan berbalik lagi buat mastiin. Apa kabar Rania?”

Haris mengulurkan tangannya. Mereka berjabatan tangan. Rania juga merasa tidak percaya bisa bertemu Haris, teman SMA-nya yang sejak lulus tidak pernah ada kabarnya. Yah, Haris, pria yang pernah menyentuh rasa di hati Rania. Pria yang yang membuat dia menyukai suara hujan.

“Mas payungnya tuh, bikin orang makin kebasahan aja.” Omelan mbak-mbak di samping Rania.

Haris meminta maaf dan mundur ke belakang.

“Kantor kamu dimana?”

Rania menunjuk salah satu gedung yang berada di seberang halte.

“Mau tetap berdiri di sini atau mau bareng aku ke sana? Kantorku di gedung sebelahnya.”

Haris mendekat dan mengulurkan payungnya ke arah Rania. Mereka kemudian melangkah meninggalkan halte.

“Sepertinya kita harus ketemu nanti setelah jam kantor untuk saling menceritakan kabar kita. Berapa tahun kita nggak ketemu, sepertinya hampir delapan tahun ya. Aku nanti tunggu kamu ya di depan kantormu.”

Rania yang masih tidak percaya dengan apa yang terjadi sekarang hanya mengangguk.

“Hey, kamu apa berubah menjadi lebih kalem atau sedang berniat untuk hujan-hujanan?”

“Bukan, masih nggak percaya aja, bisa ketemu kamu.”

“Hujan sepertinya memang menjadi takdir kita ya.”

“Iya tetapi dulu kita nggak perpayungan seperti sekarang.”

“Mau hujan-hujanan?” Haris sedikit memiringkan payungnya, menggoda Rania.

“Tidak saat sekarang, nggak mungkin dong sampai kantor basah kuyup.”

Haris tertawa. Tawa itu masih seperti yang dulu. Haris dan Rania satu kelas selama tiga tahun sejak SMA. Tetapi mereka baru akrab sejak kelas tiga SMA. Haris yang membuat Rania menyukai hujan. Dulu Rania sangat kesal saat hujan turun, karena baginya hujan hanya membuat masalah. Rania yang saat itu bersungut-sungut karena harus menunggu hujan reda, di halte depan sekolah, dan dia lupa membawa payung. Sementara ada ulangan pagi itu. Haris yang saat itu juga berteduh, tetapi sangat terlihat tenang. Terlihat menikmati setiap tetesan hujan yang turun. Kontras sekali dengan wajah Rania. Rania saat itu belum terlalu akrab dengan Haris, melihat aneh dengan ekspresinya Haris. Ada ternyata orang yang bahagia melihat hujan. Entah apa yang membuat wajahnya terlihat bahagia melihat hujan. Haris yang merasa diperhatikan Rania, tiba-tiba saja menarik tangan Rania dan mereka berlarian menuju gerbang sekolah. Saat itu hujan mulai sedikit mereda, tetapi cukup membuat basah seragam mereka.

“Jangan terlalu membenci hujan. Kesalmu tidak akan meredakan hujan. Nikmati saja. Kalau kamu menikmatinya, hujan itu memiliki suara yang indah.” Haris berkata sembari mereka berlarian. Rania hanya terdiam.

Sesampai di depan kelas, Haris tersenyum memandangi Rania.

“Dan satu hal lagi, kamu tidak akan pernah melihat pelangi kalau hujan nggak turun.”

Rania masih tetap terdiam. Tetapi ada yang terusik dalam diam itu. Semenjak itu lah Rania tidak lagi membenci hujan. Ada rindu dalam setiap hujan, rindu yang hanya dirasakan oleh Rania. Setelah tamat SMA perasaan itu tidak pernah terungkapkan. Sampai mereka berpisah saat kelulusan sekolah. Haris kemudian kuliah di luar kota. Dan lambat laun mereka pun tidak pernah lagi saling berkabar. Begitu juga rasa di hati Rania, namun kadang masih terkenang dan terasa kala hujan turun.

“Rania, helooo Rania.” Haris melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Rania.

“Ehhh ya? Kamu tadi bilang apa?” Lamunan Rania buyar.

“Nanti aku tunggu sepulang kantor ya. Jam lima tiga puluh, oke.”

“Oke baiklah.”

Rania memandangi Haris yang berjalan ke arah kantornya. Dan kemudian memandangi hujan yang semakin mereda. Ada pelangi di mata Rania…

****

Semenjak itu lah Rania kembali sering berkomunikasi dan bertemu dengan Haris. Dan tanpa Rania sadari perasaannya kepada Haris kembali terusik. Rania masih berusaha untuk mengingkarinya. Karena dia tidak pernah punya keberanian untuk menyatakan perasaannya kepada Haris. Namun perhatian dan sikap Haris kadang kala membuat Rania bingung. Haris memang tidak selalu ada untuknya setiap hari, tidak berkomunikasi setiap hari. Tetapi Haris selalu ada ketika Rania membutuhkannya. 

Sampai akhirnya hampir setahun setelah pertemuan mereka kembali. Rania memutuskan untuk menyatakan dan memepertanyakan sikap Haris. Karena dia tidak mau selalu bimbang dan Haris kembali menghilang seperti dulu. Salah seorang sahabat Rania mengatakan, dengan mempertanyakan keberadaan Haris, akan bisa mambuat Haris menghilang kalau seadainya Haris tidak punya perasaan apa-apa ke Rania. Resiko yang harus Rania hadapi. Namun sebelum sempat Rania bertanya, Haris sudah menyatakan sesuatu kepada Rania. Saat itu mereka sedang berada di sebuah kafe  sepulang dari kantor. Menunggu hujan reda.

“Aku mau berterima kasih sama kamu Rania.”

“Untuk?”

“Sudah mau menjadi sahabatku selama ini. Aku sangat bahagia kita bisa bertemu lagi. Dan aku tahu, aku akan jahat jika menyatakan ini padamu.”

“Maksudnya?” Rania sama sekali tidak mengerti arah pembicaraan Haris.

“Aku tahu kamu punya perasaan sama aku selama ini. Bahkan sejak SMA, aku tahu. Karena itulah aku menghilang pergi dari kamu. Karena tidak ingin membuat perasaan kamu smakin besar ke aku.”

“Lalu kenapa kamu menyapa aku sewaktu kita bertemu lagi waktu itu?”

“Aku berfikir perasaan kamu ke aku sudah hilang, tetapi teryata aku salah. Aku kembali membuat kamu berharap bukan?”

“Jadi maksudnya kamu sekarang pun tidak memiliki perasaan apapun ke aku? Lalu kenapa kamu selalu ada ketika aku membutuhkanmu?”

“Karena kamu itu sudah aku anggap sebagai adik aku sendiri Rania. Sungguh pernah aku mencoba untuk menyukaimu lebih dari itu tetapi aku nggak bisa. Dan sekarang ini pun, aku sudah mempunyai seseorang sebagai calon istriku. Dia tahu tentang kamu. Dia yang memintaku untuk berterus terang, karena dia tidak mau membuat kamu juga semakin berharap sama aku. Membuat aku semakin menyakiti hatimu.”

Rania terdiam. Hujan di luar tiba-tiba menjadi menyeramkan bagi Rania.

“Terima kasih atas kejujuranmu. Dan mungkin butuh waktu buatku untuk menerima semua ini.” Rania berkata sambil menahan tangis.

Rania beranjak dari kursinya.

“Aku pergi, semoga kita suatu saat bisa bertemu lagi.”

“Di luar masih hujan, Rania.”

Rania tidak memperdulikan ucapan Haris. Dia ingin menikmati hujan yang membuatnya jatuh cinta dan juga terluka. Hujan semakin deras, begitu juga air mata Rania.

“Rania! Maafkan aku.” Haris berteriak dari depan kafe. Dia menahan diri untuk mengejar Rania. Karena dia mengerti Rania ingin menyendiri saat ini.

Rania berbalik dan memandang Haris. Hujan tidak akan membiarkan air matanya terlihat oleh Haris. Rania melambaikan tangan dan tersenyum ke arah Haris.

Dan Rania berlalu dalam hujan, membiarkan cinta dan rindunya luruh oleh hujan...


****


Dee


Tema tantangan menulis dari The Jones Group yang bersumber dari Gita sang Princess Samosir eh Princess Spanyol adalah sepuluh (10) fakta tentang diri. Aduh ini apa lagi ya temanya. Nggak bisa gitu tema tentang infotainment yang lagi heboh, atau masalah politik yang lagi panas. Biar kayak orang-orang yang lagi membela “jagoannya” masing-masing. Gaya beuddd, ntar disuruh nulis politik mual sendiri.

Berdasarkan pengertian dari KBBI, fakta itu adalah sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta tentang diri sendiri sih pasti banyak, namun terkadang suka lupa diri, ehhh maksudnya nggak ngeh sama diri sendiri. Sepertinya harus mengenal diri sendiri lebih dalam, lebih tajam dan terpercaya. Serba salah juga ini, kalau yang ditulis fakta yang baik-baik nanti dikira sombong. Kalau yang jelek-jelek nanti dibaca calon mertua ntar anaknya disuruh nikah sama yang lain lagi. Kan repot urusannya. *sehat mbak?*

Jangan sampai panjang deh mukadimahnya. Silahkan disimak ya, 10 fakta-fakta tentang seorang Deesan:

1.  Deesan itu aslinya cengeng lho. Casing-nya saja yang sok kuat seperti wonder woman, bak Xena The Warrior. Padahal gampang terenyuh dan iba. Namun bukan berarti, airmatanya sembarangan ya keluarnya. Milih tempat dan situasi juga sih ahahaha. Makanya airmatanya seringnya jatuh ke “dalam”, biar orang lain nggak tahu. Jadi meski cengeng, nggak mau terlihat rapuh, tetap harus menjadi wanita perkasa. Selain biar tetap terlihat gagah berani, Deesan juga penganut moto, "kabarkan bahagiamu pada dunia, simpan sedihmu sendiri". *nyesek banget sih mbak*

2.   Deesan itu “segan” sama anak kucing. Apalagi kalau yang baru lahir. Beuhhh, bisa loncat dan jumpalitan ke atas meja melihat anak kucing merayap-rayap dengan tanpa dosanya. Ini bukan takut lho ya, nggak enak saja kalau anak kucing itu sampai terinjak sih. *ngeles deh mbak*. Tapi itu dulu sih kayaknya, entah sekarang. Sudah jarang gaul sama anak kucing, ahahaha. Satu lagi, takut sama ayam hidup ataupun ayam yang baru mati. Ehhh bukan takut, segan deng ahahaha. *Kok bisa makan ayam mbak?* Kan udah matang dan diolah. Ayam hidup sama yang baru mati itu kan badannya panas. Ngeriii megangnya. *Ihhh, tapi kan ayam goreng juga panas lho mbak*.  Situ pengen digoreng?

3.  Deesan itu kalau mentok milih menu, yang dipilih ujung-ujungnya pasti nasi goreng. Males mikir soalnya. *Punya mbak?*. Alasannya karena nasi goreng kan sudah meng-Indonesia, sudah jelas bentuk dan rupanya. Paling rasanya ya kalau nggak kurang bumbu, standar, enak dan enak sekali. Deesan itu juga kalau makan pun bisa bertahan dengan menu yang sama berhari-hari sampai eneg sendiri. Tipikal orang yang setia soalnya. Sama menu makanan saja setia, apalagi sama orang. Yang bacanya mau muntah silahkan lho. Oh iya satu lagi masalah makan, Deesan itu kalau makan dikit cukup, banyak ya habis, begitu kalau kondisi pada umumnya. Kecuali dalam kondisi nggak normal, misalnya lagi sakit, ya terserah sakit badan atau pun sakit hati.

4.  Deesan itu paling sungkan kalau nonton film horor, secara hidupnya saja sudah horror *nggak usah ketawa*. Jadi nggak usah diajakin nonton yang seram-seram. Kalau ada yang komentar, “biar kuat dan berani gitu lho nonton yang begituan”. Tanpa menonton film aneh itu pun hidup seorang Deesan sudah cukup kuat dan berani kok. “Idihhh sekedar film saja kok takut sih”. Situ pernah diketawain mbak Kunti beneran? Pernah disapa sama hantu diajakin main? Cukup sekian ya pengalaman hidupku. Nggak pake lagi musti nonton yang aneh-aneh yang akan bisa membuat terbayang-bayang sampai berhari-hari. Ada pilihan membayangkan yang lebih indah, kok ya milih membayangkan yang horor.

5. Deesan itu suka mengumpulkan “masa lalu”. Jangan negatif dulu mikirnya, bukan mengumpulkan kenangan tentang mantan dan mengenangnya. Memangnya mantan itu pahlawan apa musti dikenang. Maksudnya adalah suka mengumpulkan benda-benda “purbakala” yang masih layak untuk disimpan. Seperti buku-buku jaman sekolah/kuliah atau surat-surat yang jaman dulu sama kakak-kakak, sahabat atau teman. Surat dari pacar nggak ada ya? Belum boleh pacaran waktu itu. Ehhh pernah deng dapat surat cinta, tetapi langsung disobek-sobek. Kan dulu anaknya pemalu. *sekarang malu-maluin ya mbak*

6. Deesan itu bisa bertahan nggak keluar rumah berhari-hari. Bahkan sampai nggak membuka pintu sama sekali. Satu kuncinya, dengan menyiapkan pasokan makanan yang cukup ahahaha. Pernah kejadian ditanyain sama tetangga, kirain orangnya kenapa gitu sampai nggak keluar rumah *amit-amit*. Males aja sih, nggak ada kepentingan apa-apa juga, kalau buka pintu musti pakaian lengkap. Jadi mungkin ini bisa jadi salah satu penyebab kenapa seorang Deesan jarang pulang kampung. *sambungin ajaaa terus mbak*

7.   Deesan itu sangat pandai membungkus cerita hidupnya dalam bentuk tawa yang renyah serta celetukan yang spontan. Wuihhh ini masukan dari seorang Uni Rasa lho, jadi kalau mau protes silahkan protes pada yang bersangkutan. Terus malah ada tambahannya dari dia, Deesan itu cekatan, rajin dan pernah juara umum pula di sekolah. Tadinya nggak mau nulis, takut dikira pamer, sombong. *Lah kenapa ditulis juga?*. Kata Uni Rasa kan itu kenyataan, jadi nggak apa-apa kalau disampaikan. *lari sebelum ditimpuk orang sedunia* 

8. Deesan itu rada parno sama jarum suntik, bau rumah sakit, dan darah. Pernah punya pengalaman pahit sama jarum suntik. Pernah ketinggalan jarum di badan karena patah, pernah pingsan habis disuntik. Terus udah kejadian begitu susternya marah-marah lagi karena panik *santai aja sih Sus*. Kalau sama bau rumah sakit tuh, nggak suka bau obat-obatannya. Kesannya horor aja gitu. Semoga terjauh dari segala penyakit. Amiinn. Sama darah, bukan yang parah-parah banget sih, kalau parah tiap bulan pingsan dong lihat darah sendiri. Pokoknya nggak bisa deh liat darah ngalir, kayak donor darah gitu. Pernah pingsan lihat orang donor darah. Tetapi itu sih kayaknya campur aduk penyebabnya, bau obat-obatan, lihat darah sama belum makan dua hari sepertinya *lucu deh mbak*
Tetapi ini parnonya yang nggak parah-parah banget sih untungnya, tapi jangan diajakin uji nyali juga.

9.  Deesan itu moody-nya parah banget sebenarnya. Hanya saja nggak terlalu kentara. Ehhh atau kentara ya? Contohnya di masalah sosmed deh, kalau lagi mood ya bisa rajin lah tuh buka-buka sosmed. Baca, rajin buka dan baca status orang aja, trus nge-like atau nge-love. Kalau lagi keluar malesnya ya bisa lama juga ngga buka atau buka tapi sekedar scroll doang. Lama ini mungkin bukan hitungan minggu atau bulan ya, sehari nggak buka itu udah termasuk lama itu ahaahaha.
Tetapi jangan tanya perihal ganti-ganti pp di sosmed ya kecuali WA, kalau kata Mhimi hitungan abad baru diganti. Entahlah itu pengaruh mood juga atau memang dasar pemalas ahahaha. Banyak hal sih, pengaruh mood ini, tetapi nggak usah diperjelas deh, ntar makin jauh jodohnya #ehhhhh *sehat mbak*

10. Deesan itu jatuh cinta pertama kali sewaktu SD. Ehhh bukan cinta kali ya, suka-suka gitu deh. Dan cowok yang disuka itu masih hidup lho sampai sekarang, ehhh maksudnya masih ada dan bisa terlihat wujudnya sampai sekarang. Tenang-tenang, dia sudah nikah kok, jadi nggak ada yang perlu dikhawatirkan. *geer banget sih, siapa juga yang khawatir* Lagian sekedar suka-sukanya bocah zaman SD gimana sih. Lihat-lihatan doang saja udah seneng. *Nandez penasaran pasti sama orangnya*

Sekian sepuluh fakta tentang seorang Deesan. Beberapa hal sih orang-orang juga sudah tahu. Namun ada beberapa hal yang sepertinya nggak mungkin dibahas di sini *padahal nggak ingat*, kalau ada yang mau menambahkan silahkan. Karena terkadang kita sebagai manusia kurang mengenali diri sendiri, karena sibuk “mengurus” orang lain. Yang berarti bukan lebih perduli sama kesusahan orang lain, tetapi lebih perduli sama urusan dan kekurangan orang lain ahahaha. Yukkk kenali diri sendiri, lebih perduli pada diri sendiri, memaafkan diri sendiri, membahagiakan diri sendiri *ambil kaca*

Semoga hari kalian menyenangkan dan jangan lupa bahagia ^-^


Dee