Masak… masak sendiri
Makan… makan sendiri
Cuci baju sendiri, Tidurku sendiri
Demikian kurang lebih lirik lagu dari Caca Handika, Angka Satu. Ketika Riu memberi tema One Man Show yang artinya orang yang suka mengerjakan semua sendiri, langsung kepikiran lagu ini. Gila tuh lagu galau banget deh hahaha.
One man show. One = satu, man = laki-laki, show = pertunjukan. Jadi kurang lebih artinya laki-laki yang mengadakan pertunjukan sendiri dong. Kyaaa apa coba maksudnya. Setelah googling pengertiannya beragam. Ada yang gaya kepemimpinan one man show. Ada lagi orang yang bertingkah one man show dalam satu tim . Yang artinya merasa dia penting di dalam tim tersebut. Kalau aku mengambil kesimpulan one man show, orang yang suka show sendiri. Jadi mulai peralatan make up, mendirikan panggung, sampai membongkar panggung lagi dia yang urus sendiri hahaha. Becanda denk.
Daripada pusing-pusing, samakan suara saja. Orang yang maunya mengerjakan sesuatu sendiri, nggak butuh bantuan orang lain. Langsung menjadi sebuah pertanyaan? Memang ada orang yang bisa mengerjakan semua sendiri? Tarzan saja di hutan masih butuh teman. Superman saja yang super hero masih butuh cinta. Jiahhh... :p
Sekaya-kayanya orang, sehebat-hebatnya orang, tidak ada yang tidak butuh bantuan orang lain. Kita terlahir sebagai makhluk sosial. Yang hidup senantiasa berkelompok. Saling membutuhkan satu sama lain. Bahkan kita tidak bergantung sesama manusia saja. Dengan binatang, tumbuhan, air, alam, semua saling berhubungan. Jadi kalau ada orang yang hidup bisa tanpa bantuan orang lain, mengerjakan semua sendiri hidup di planet mana tuh. Yang ada di alam sana saja kadang butuh teman, makanya suka gangguin orang. Buktinya... ups.. maaf sodara-sodara nggak jadi dilanjutkan *lirik Debby, Tebeh, Mhimi dan Riu*, please jangan dibahas. Sendirinya yang bahas juga hahaha.
Kalau aku pribadi, tipenya gimana ya? Terkadang bisa hidup tanpa bantuan orang lain, tetapi itu juga nggak mutlak benar-benar tidak berinteraksi sama orang lain. Contohnya, kalau Sabtu atau Minggu lagi tidak ada keperluan, aku bisa selama dua hari tidak keluar rumah, apalagi kalau kulkas terisi penuh bahan makanan :D. Bisa Senin pagi baru buka pintu untuk pergi ke kantor lagi. Tetapi apa aku benar-benar tidak berhubungan dengan orang lain? Ya tidak. Berhubungan via telpon, sms, internetan. Bahkan menonton TV sekalipun itu menandakan kita memang tidak bisa hidup benar-benar sendiri dan tanpa bantuan orang lain. Itu pun tidak tiap minggu. Bisa stress juga tiap minggu di rumah saja.
Tetapi ada lho yang bisa hidup di hutan, tidak berinteraksi dengan manusia. Tetapi dia berinteraksi dengan alam, dengan binatang dan tumbuh-tumbuhan yang ada. Aku rasa tidak ada itu orang yang benar-benar bisa mengerjakan semua sendiri. Ada orang yang multi talenta, tetapi pasti ada yang dia tidak bisa. Gatotkaca bisa terbang, menerbangkan pesawat belum tentu bisa hahahha. Ngacoo deh Dee.
Kita hidup saling berkaitan satu sama lain secara langsung ataupun tidak. Orang yang tajir sekalipun, tidak akan bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Justru mereka yang sepertinya butuh banyak bantuan. Mereka mungkin butuh lebih dikarenakan gengsi dan prestise. Ngapain juga kaya kalau semua dikerjakan sendiri? Masak sendiri, nyuci sendiri, nyopir sendiri, hahaha orang kaya pelit kali nih. Eh bisa jadi irit deng hihihi.
Bahkan saat meninggal pun kita butuh orang lain. Jadi mulai dari lahir sampai kita meninggal, pasti ada saatnya kita butuh bantuan orang lain. Ini maksudnya yang berhubungan dengan orang lain dalam artian positif. Contoh nih bagi yang sekolah, mentang-mentang dibilang kita saling bergantung dan makhluk sosial, saat ujian menyontek lalu ketahuan sama guru langsung bilang begini, “Bu, kita kan makhluk sosial, jadi saling membutuhkan.” Dilempar pakai papan tulis iya sama gurunya :p
Kalau misalkan ada yang bilang semua pekerjaan rumah udah terbiasa kok mengerjakan sendiri, mengurus anak dan suami, memasak. Coba deh seumur hidup kerjain semua sendiri, pasti bête juga, suatu saat pasti butuh orang lain, suami atau anak disaat udah gede buat bantuin atau pekerja rumah tangga. Jadi tetap saja semandiri-mandirinya orang pasti butuh yang namanya bantuan, paling tidak berinteraksi sama orang lain. Sejomblo-jomblonya manusia, pasti butuh cinta lah. Hahaha apa sihhh...
Berikutnya sebuah kisah pendek, yang mungkin lebih kepada sikap egois seseorang yang merasa sangat berkuasa. Merasa diri paling benar dan suka tidak mendengarkan pendapat orang lain yang akibatnya merugikan diri sendiri. Semua keputusan diambil sendiri tanpa perduli dengan masukan dari orang yang lebih mengerti. Cerita ini aku tulis jauh sebelum ada tema ini. Cerita asli yang disamarkan ^_^. Ya semoga masuk dalam pengertian tema yang dimaksud :). Silahkan…
#######################
Alkisah di sebuah kerajaan (jadul amat ya), Aku kasih nama kerajaan Mukri. Sang raja memasuki ruangan singgasananya. Raja ini terkenal mempunyai kepribadian yang labil. Tidak bisa ditebak. Dia bisa saja tiba-tiba baik (kalau ada maunya), dan tanpa ada angin topan atau badai dia bisa saja mengamuk bak banteng kehilangan matador. Jadi para staf kerajaan kalau mau menghadap harus lihat mood sang raja. Salah-salah kalau arah angin lagi berhembus ke pohon cemara yang ada penunggunya, bisa-bisa sang raja akan kesurupan. Bukan kesurupun jinnya, jinnya malas merasuki sang raja. Soalnya kalau sudah kesurupan ngalah-ngalahin kesaktian si jin. Tetapi kesurupan dirinya sendiri, bingung? Apalagi aku yang bikin cerita :p hahaha.
Beberapa menit setelah sang raja duduk disinggasana, masuklah perdana menteri dengan tergopoh-gopoh. Dengan terburu-buru dia memberikan salam takzim kepada sang raja (bayangkan kalau pendekar kungfu memberi salam, kalau nggak tahu mending tidak usah dipikirkan daripada botak).
“Maaf Paduka, hamba mau…”
Belum sempat Perdana Menteri menyelesaikan kalimatnya, sang raja langsung menyela dengan muka penuh amarah.
“Perdana Menteri! Kenapa kamu memasuki ruangan singgasana begitu saya baru saja duduk. Apa tidak bisa menunggu saya duduk dengan tenang, menikmati suasana dulu. Saya ini lagi capek, pusing!”
“Tapi Paduka… “
“Tidak ada tapi-tapi. Palingan berita yang kau bawa hanya seputar rakyat yang tidak mau membayar upeti, saya bosan! Berita yang tidak mutu. Saya mau mengecek email dulu, kemaren saya sibuk jadi tidak sempat baca-baca email.”
Jiahhh… ini jaman kerajaan apa ya? Kok bisa email-emailan. Bisa saja dong, kan ceritanya jaman kerajaan yang sudah dimodernkan hahaha. Maksa.
“Tapi ini berita yang sangat penting Paduka, saya harus menyampaikannya sekarang.” Perdana Menteri tetap usaha. Kalau aku mah mendingan kabur deh. Muka rajanya saja udah kayak kepiting direbus ama lengkuas, serai, cumi, hahaha emang Tom Yam.
“Kamu mau saya pecat?! Suara sang raja naik sekian oktaf. Untung pas mangap nggak ada lalat iseng.
“Baik, baik Paduka. Saya kembali nanti siang saja. Saya undur diri Paduka.” Perdana menteri memberi salam dengan kesal (tetapi dalam hati hahaha). Kalau tidak ingat istri dia sudah resign dan mencari pekerjaan jadi perdana menteri di kerajaan lain. Dengan wajah bingung dia keluar dari ruang singgasana :x.
Dan sang raja pun dengan marah membentur-benturkan kepalanya, eh keyboard desktopnya. Dia terlihat sangat kesal. Sang raja meracau sendirian, sampai-sampai pengawal yang sedang dalam sikap siaga ingin menutup kuping pakai tombak. Jiah bunuh diri dong :D.
Setelah sepeminuman teh, sepemakanan nasi Padang, secemilan Breadtalk, sang perdana menteri kembali menghadap sang raja. Dia mengintip sebelum masuk, memastikan raja dalam keadaan waras. Perdana Menteri kemudian masuk setelah memastikan keadaan aman terkendali. Dengan takzim dia memberi salam.
“Nah kau datang lagi. Opo meneh tho?”
Deg! Jantung Perdana Menteri tetap berdenyut, ya iyalah kalau nggak mati dong. Tetapi ketika melihat muka sang raja yang mesem-mesem kayak pohon asem, dia pun lega. Fiuhhh…
“Anu Paduka. Hamba mau mengabarkan berita.”
Wajah Perdana Menteri terlihat sendu, sesendu lagu-lagu band-band yang lagi ngetrend.
“Ya apa? Berita apa? Kamu naik jabatan? Ya ora mungkin. Naik jabatan, artinya gantikan saya dong. Ooo tidak bisa… tidak bisa…”
Perdana Menteri memandangi sang raja, raut muka yang sangat menyebalkan pengen diaduk-aduk pakai semen lalu dijadikan patung Hanoman.
“Kerajaan kita sudah dikepung musuh Paduka. Pasukan kerajaan dari tadi pagi sudah mati-matian berusaha menghalau mereka. Negara dalam kehancuran Paduka. Akan diambil alih oleh musuh.”
Rasain lu, kata Perdana Menteri. Ya tetap dalam hati :p.
“Apa! What?!” Mata sang raja mendelik, untung masih bisa balik.
“Kenapa kau tidak memberitahu saya secepatnya, sudah dari tadi pagi? Kau ngapain aja? Bahaya ini.”
“Lahhh piye tho Paduka ini. Tadi pagi mau saya kasih kabar disuruh balik siang. Ya sudah saya balik siang, daripada saya dipecat, mending kalah dari musuh secara terhormat. Emangnya di email ntu, negara musuh nggak ngabarin Paduka kalau mau nyerang?”
“Menurut Lo?!”
#######################
Dee
Sumber gambar : Google
Sumber gambar : Google
0 komentar:
Posting Komentar