Tema tantangan menulis dari The Jones Group yang bersumber dari Gita sang Princess Samosir eh Princess Spanyol adalah sepuluh (10) fakta tentang diri. Aduh ini apa lagi ya temanya. Nggak bisa gitu tema tentang infotainment yang lagi heboh, atau masalah politik yang lagi panas. Biar kayak orang-orang yang lagi membela “jagoannya” masing-masing. Gaya beuddd, ntar disuruh nulis politik mual sendiri.

Berdasarkan pengertian dari KBBI, fakta itu adalah sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi. Fakta tentang diri sendiri sih pasti banyak, namun terkadang suka lupa diri, ehhh maksudnya nggak ngeh sama diri sendiri. Sepertinya harus mengenal diri sendiri lebih dalam, lebih tajam dan terpercaya. Serba salah juga ini, kalau yang ditulis fakta yang baik-baik nanti dikira sombong. Kalau yang jelek-jelek nanti dibaca calon mertua ntar anaknya disuruh nikah sama yang lain lagi. Kan repot urusannya. *sehat mbak?*

Jangan sampai panjang deh mukadimahnya. Silahkan disimak ya, 10 fakta-fakta tentang seorang Deesan:

1.  Deesan itu aslinya cengeng lho. Casing-nya saja yang sok kuat seperti wonder woman, bak Xena The Warrior. Padahal gampang terenyuh dan iba. Namun bukan berarti, airmatanya sembarangan ya keluarnya. Milih tempat dan situasi juga sih ahahaha. Makanya airmatanya seringnya jatuh ke “dalam”, biar orang lain nggak tahu. Jadi meski cengeng, nggak mau terlihat rapuh, tetap harus menjadi wanita perkasa. Selain biar tetap terlihat gagah berani, Deesan juga penganut moto, "kabarkan bahagiamu pada dunia, simpan sedihmu sendiri". *nyesek banget sih mbak*

2.   Deesan itu “segan” sama anak kucing. Apalagi kalau yang baru lahir. Beuhhh, bisa loncat dan jumpalitan ke atas meja melihat anak kucing merayap-rayap dengan tanpa dosanya. Ini bukan takut lho ya, nggak enak saja kalau anak kucing itu sampai terinjak sih. *ngeles deh mbak*. Tapi itu dulu sih kayaknya, entah sekarang. Sudah jarang gaul sama anak kucing, ahahaha. Satu lagi, takut sama ayam hidup ataupun ayam yang baru mati. Ehhh bukan takut, segan deng ahahaha. *Kok bisa makan ayam mbak?* Kan udah matang dan diolah. Ayam hidup sama yang baru mati itu kan badannya panas. Ngeriii megangnya. *Ihhh, tapi kan ayam goreng juga panas lho mbak*.  Situ pengen digoreng?

3.  Deesan itu kalau mentok milih menu, yang dipilih ujung-ujungnya pasti nasi goreng. Males mikir soalnya. *Punya mbak?*. Alasannya karena nasi goreng kan sudah meng-Indonesia, sudah jelas bentuk dan rupanya. Paling rasanya ya kalau nggak kurang bumbu, standar, enak dan enak sekali. Deesan itu juga kalau makan pun bisa bertahan dengan menu yang sama berhari-hari sampai eneg sendiri. Tipikal orang yang setia soalnya. Sama menu makanan saja setia, apalagi sama orang. Yang bacanya mau muntah silahkan lho. Oh iya satu lagi masalah makan, Deesan itu kalau makan dikit cukup, banyak ya habis, begitu kalau kondisi pada umumnya. Kecuali dalam kondisi nggak normal, misalnya lagi sakit, ya terserah sakit badan atau pun sakit hati.

4.  Deesan itu paling sungkan kalau nonton film horor, secara hidupnya saja sudah horror *nggak usah ketawa*. Jadi nggak usah diajakin nonton yang seram-seram. Kalau ada yang komentar, “biar kuat dan berani gitu lho nonton yang begituan”. Tanpa menonton film aneh itu pun hidup seorang Deesan sudah cukup kuat dan berani kok. “Idihhh sekedar film saja kok takut sih”. Situ pernah diketawain mbak Kunti beneran? Pernah disapa sama hantu diajakin main? Cukup sekian ya pengalaman hidupku. Nggak pake lagi musti nonton yang aneh-aneh yang akan bisa membuat terbayang-bayang sampai berhari-hari. Ada pilihan membayangkan yang lebih indah, kok ya milih membayangkan yang horor.

5. Deesan itu suka mengumpulkan “masa lalu”. Jangan negatif dulu mikirnya, bukan mengumpulkan kenangan tentang mantan dan mengenangnya. Memangnya mantan itu pahlawan apa musti dikenang. Maksudnya adalah suka mengumpulkan benda-benda “purbakala” yang masih layak untuk disimpan. Seperti buku-buku jaman sekolah/kuliah atau surat-surat yang jaman dulu sama kakak-kakak, sahabat atau teman. Surat dari pacar nggak ada ya? Belum boleh pacaran waktu itu. Ehhh pernah deng dapat surat cinta, tetapi langsung disobek-sobek. Kan dulu anaknya pemalu. *sekarang malu-maluin ya mbak*

6. Deesan itu bisa bertahan nggak keluar rumah berhari-hari. Bahkan sampai nggak membuka pintu sama sekali. Satu kuncinya, dengan menyiapkan pasokan makanan yang cukup ahahaha. Pernah kejadian ditanyain sama tetangga, kirain orangnya kenapa gitu sampai nggak keluar rumah *amit-amit*. Males aja sih, nggak ada kepentingan apa-apa juga, kalau buka pintu musti pakaian lengkap. Jadi mungkin ini bisa jadi salah satu penyebab kenapa seorang Deesan jarang pulang kampung. *sambungin ajaaa terus mbak*

7.   Deesan itu sangat pandai membungkus cerita hidupnya dalam bentuk tawa yang renyah serta celetukan yang spontan. Wuihhh ini masukan dari seorang Uni Rasa lho, jadi kalau mau protes silahkan protes pada yang bersangkutan. Terus malah ada tambahannya dari dia, Deesan itu cekatan, rajin dan pernah juara umum pula di sekolah. Tadinya nggak mau nulis, takut dikira pamer, sombong. *Lah kenapa ditulis juga?*. Kata Uni Rasa kan itu kenyataan, jadi nggak apa-apa kalau disampaikan. *lari sebelum ditimpuk orang sedunia* 

8. Deesan itu rada parno sama jarum suntik, bau rumah sakit, dan darah. Pernah punya pengalaman pahit sama jarum suntik. Pernah ketinggalan jarum di badan karena patah, pernah pingsan habis disuntik. Terus udah kejadian begitu susternya marah-marah lagi karena panik *santai aja sih Sus*. Kalau sama bau rumah sakit tuh, nggak suka bau obat-obatannya. Kesannya horor aja gitu. Semoga terjauh dari segala penyakit. Amiinn. Sama darah, bukan yang parah-parah banget sih, kalau parah tiap bulan pingsan dong lihat darah sendiri. Pokoknya nggak bisa deh liat darah ngalir, kayak donor darah gitu. Pernah pingsan lihat orang donor darah. Tetapi itu sih kayaknya campur aduk penyebabnya, bau obat-obatan, lihat darah sama belum makan dua hari sepertinya *lucu deh mbak*
Tetapi ini parnonya yang nggak parah-parah banget sih untungnya, tapi jangan diajakin uji nyali juga.

9.  Deesan itu moody-nya parah banget sebenarnya. Hanya saja nggak terlalu kentara. Ehhh atau kentara ya? Contohnya di masalah sosmed deh, kalau lagi mood ya bisa rajin lah tuh buka-buka sosmed. Baca, rajin buka dan baca status orang aja, trus nge-like atau nge-love. Kalau lagi keluar malesnya ya bisa lama juga ngga buka atau buka tapi sekedar scroll doang. Lama ini mungkin bukan hitungan minggu atau bulan ya, sehari nggak buka itu udah termasuk lama itu ahaahaha.
Tetapi jangan tanya perihal ganti-ganti pp di sosmed ya kecuali WA, kalau kata Mhimi hitungan abad baru diganti. Entahlah itu pengaruh mood juga atau memang dasar pemalas ahahaha. Banyak hal sih, pengaruh mood ini, tetapi nggak usah diperjelas deh, ntar makin jauh jodohnya #ehhhhh *sehat mbak*

10. Deesan itu jatuh cinta pertama kali sewaktu SD. Ehhh bukan cinta kali ya, suka-suka gitu deh. Dan cowok yang disuka itu masih hidup lho sampai sekarang, ehhh maksudnya masih ada dan bisa terlihat wujudnya sampai sekarang. Tenang-tenang, dia sudah nikah kok, jadi nggak ada yang perlu dikhawatirkan. *geer banget sih, siapa juga yang khawatir* Lagian sekedar suka-sukanya bocah zaman SD gimana sih. Lihat-lihatan doang saja udah seneng. *Nandez penasaran pasti sama orangnya*

Sekian sepuluh fakta tentang seorang Deesan. Beberapa hal sih orang-orang juga sudah tahu. Namun ada beberapa hal yang sepertinya nggak mungkin dibahas di sini *padahal nggak ingat*, kalau ada yang mau menambahkan silahkan. Karena terkadang kita sebagai manusia kurang mengenali diri sendiri, karena sibuk “mengurus” orang lain. Yang berarti bukan lebih perduli sama kesusahan orang lain, tetapi lebih perduli sama urusan dan kekurangan orang lain ahahaha. Yukkk kenali diri sendiri, lebih perduli pada diri sendiri, memaafkan diri sendiri, membahagiakan diri sendiri *ambil kaca*

Semoga hari kalian menyenangkan dan jangan lupa bahagia ^-^


Dee




Salah satu pengertian LDR menurut mbah Google adalah singkatan dari Long Distance Relationship atau hubungan jarak jauh yaitu hubungan yang sedang dijalani antara dua orang namun terpisah oleh jauhnya jarak dan waktu yang memisahkan. Ada apa bahas-bahas LDR? Seperti biasa tantangan dari The Jones Team. Kali ini tema bersumber dari Nandez si Pangeran Bangko. Entahlah pasal apa yang menbuat dia memilih tema ini. Mungkin pernah tersakiti karena LDR atau sedang LDR bahkan mungkin berniat LDR? Bisa jadi semuanya pernah dan akan dia lewati ahahaha. Ehhh tapi ini kan nggak bahas hidupnya dia. Okelah mari menulis.

Sebelum membahas LDR sebagai bentuk hubungan dengan seseorang yang spesial di hati, aku ingin membahas LDR yang sudah aku jalanin semenjak kecil dengan keluarga yang juga pastinya sangat punya tempat teristimewa di hati. Karena dalam sejarah hidupku sepertinya LDR itu bukan hal baru lagi.

Semenjak umur dua tahunan, aku sudah ditinggalkan oleh ibu, karena sakitnya. Aku yang masih sangat kecil saat itu, belum mengerti sama sekali akan kepergian ibu. Selain beliau ada beberapa orang yang sangat aku sayang, yang sudah terlebih dahulu pergi. Tanteku yang sangat baik. Dia pergi juga karena sakit. Aku tidak melihat langsung kepergiannya kala itu. Karena lagi sekolah di Padang. Kakekku, ayah dari ibuku, yang aku panggil Ayah, pergi meninggalkanku ketika aku tinggal ke pasar di kampung. Aku libur kuliah saat itu. Beliau masih sempat menitip makanan ketika aku mau pergi. Kondisi beliau lagi sakit. Ketika sampai di rumah, beliau ternyata sudah pergi. Tidak sempat mencicipi makanan yang dipesannya. Kemudian Nenekku, ibu dari ibuku, yang aku panggil Mak. Beliau pergi saat aku sudah bekerja di Bintaro. Aku mendapatkan kabar ketika berada di angkutan umum. Aku tidak bisa pulang waktu itu. Hanya tangis dalam diam dan doa yang aku sampaikan dari jauh.

Kepergian ibu mungkin baru berasa setelah aku remaja. Sementara kepergian Tante, Ayah dan Mak  sangat aku rasakan ketika mereka tiada. Hanya kuburan ibu yang pernah aku saksikan. Tidak dengan kuburan Tante, Mak dan Ayah. Entahlah, apakah kebetulan belum sempat atau memang aku yang secara sengaja tidak mau melihat “tempat tinggal mereka”.  Untuk menepis kerinduan terhadap mereka, aku selalu menganggap mereka pergi untuk sementara. Pergi ke tempat yang aku tidak mungkin bisa datang sesukaku. Dan begitu juga mereka tidak bisa datang sesuka mereka lagi. Mereka selalu ada, tetapi tiada. Hubungan kami sangat jauh. Terpisah jarak, ruang dan waktu. Saat rindu menerpa, aku harus bisa menahannya dengan caraku sendiri.

Ketika aku memasuki kelas dua SMA, aku sudah tinggal sendirian di Padang. Karena keluargaku pindah ke kampung. Sampai aku masuk perguruan tinggi pun terpisah dari mereka. Yah, mungkin bisa dikatakan jarak dengan keluargaku tidak terlalu jauh. Masih satu pulau, satu propinsi, tetapi sudah beda kota. Tetapi tetap dalam keseharian aku tidak bersama mereka. Setelah lulus kuliah, beberapa bulan kemudian aku memutuskan untuk merantau ke pulau Jawa. Sekitar tahun 2000 aku pergi dari kampung. Semenjak itulah aku semakin terpisah jarak dari keluarga. Tinggal sendiri, merasakan berkali-kali lebaran sendiri, sakit pun dihadapi sendiri sudah menjadi bagian dalam perjalanan hdupku semenjak merantau. Tidakkah rindu pada keluarga? Itulah hebatnya anak rantau kawan, mereka tahu menempatkan rasa rindu itu dimana dan bagaimana.

Kita kembali ke kasus LDR. Kalau dipikir-pikir akupun selalu menjalin hubungan dengan seseorang yang terpisah jarak dan bahkan waktu, kalau ruang sih belum pernah. Amit-amit, ahahaha. Apa nggak capek menjalin hubungan berjauhan gitu? Apa ya jawabannya, mungkin Tuhan itu selalu memberikan jalan sesuai dengan yang kita mampu. Mungkin kalau aku bilang, aku sudah terbiasa kok LDR sama keluarga sendiri, masak sama orang yang baru dikenal beberapa lama dalam hidup nggak bisa? Walaupun ada korelasinya, tetapi mungkin konteksnya berbeda. Karena jenis hubungannya kan berbeda. Persamaannya adalah, terbiasa jauh dengan keluarga, menyebabkan jauh dari seseorang menjadi hal biasa juga. Bukan suatu hal yang perlu terlalu dipermasalahkan juga. Apalagi dengan teknologi yang sudah canggih sekarang ini.

Perbedaannya adalah, pada tingkat kepercayaan. Karena sudah pasti keluarga tidak akan pernah mengkhianatimu. Kata khianat ini jangan  membahas sengketa keluarga dan sebagainya yang tidak baik. Kita abaikan saja kasus khusus dengan keluarga yang seperti itu. Tetapi pada dasarnya kau tidak akan perlu was-was misalnya keluarga akan tiba-tiba tidak menganggapmu sebagai bagian dari mereka. Bahkan perselisihan dengan keluarga pun tidak akan merubah status menjadi “mantan”. Mantan anak, mantan adik, mantan kakak misalnya.

Namun tidak begitu halnya dengan pasangan yang sedang LDR. Karena bisa saja tiba-tiba ada yang khianat dari salah satu kita. Karena sejatinya yang paling utama dari LDR ya itu kepercayaan. Ketika itu percaya nggak ada, habis sudah, sebaiknya hentikan saja daripada bikin sakit kepala sendiri. Ada yang bilang, yang dekat saja bisa khianat apalagi yang jauh. Itu mah emang udah niatnya. Hal lain yang penting dalam LDR itu adalah komitmen. Komitmen dalam berkomunikasi. Sesibuk apapun, sempatkanlah tetap saling memberikan kabar. Tidak membutuhkan waktu lama, hanya sekedar berkirim kabar.

Mereka yang sedang menjalankan LDR, sungguh termasuk orang-orang yang tangguh. Harus menjaga hubungan tetap berjalan dengan baik, harus memupuk rasa percaya yang penuh, belajar artinya sabar, belum lagi menerima bully-an orang-orang.

“Duhhh daripada LDR mending jomblo deh, sama aja penderitaannya.”

“Nggak ada yang deketan apa? Musti yang jauh gitu?”

“Nggak Lelah Dilanda Rindu?”

“Hati-hati lho, udah setia nggak taunya Lha Diselingkuhin Rek”

Lha iya sih, kalau semua bisa memilih, setiap orang mungkin tidak memilih untuk LDR. Tetapi kalau pada kenyataan harus menjalaninya. Apa yang bisa dilakukan? Menjalaninya kan berat. Ya, tetapi setiap hubungan dekat atau jauh pun tetap ada masalah bukan? Kalau dibilang yang LDR lebih rentan masalah mungkin. Terus jalan keluarnya? Nikmatin saja. Tidak mau bermasalah dalam menjalin hubungan dengan seseorang? Hidup sendiri saja. Namun tetap akan bermasalah jikalau sendiri bukan? Itulah intinya sebentuk apapun, semua hubungan akan mempunyai permasalahan sendiri. Hadapi saja. Itu sudah jawabannya. Tidak perlu teori, trik khusus. Percaya, sabar dan komitmen.

Kalau segampang itu, kenapa mereka yang LDR seringnya tidak berjalan mulus? Karena untuk menjalankan 3 hal tadi itu bukan perkara mudah, kawan. Percaya, jangankan percaya sama pasangan, percaya ama diri sendiri saja seringnya kita bermasalah. Sabar, memangnya sabar itu mudah. Sabar itu mudah kalau diucapkan, apalagi yang ucapin orang lain. Terasa ringan banget. Komitmen, juga bukan merupakan hal yang sepele. Komitmen itu harus dari kedua belah pihak. Tidak mungkin jika hanya salah satu pihak yang memegang teguh komitmen itu. Terus tadi katanya tidak perlu teori atau trik khusus, bagaimana menjalankan semua yang terlihat tidak mudah itu? Ya, tinggal dihadapi dan dijalankan. Kemana arahnya, dimana muaranya nanti, serahkan pada takdir yang sudah tersurat. Terpenting itu ada usaha untuk menjalankannya semampu dan sebaik-baiknya.

 “Bagian terbaik dari jatuh cinta adalah perasaan itu sendiri. Kamu pernah merasakan sukanya, sesuatu yang sulit dilukiskan kuas sang pelukis, sulit disulam menjadi puisi oleh pujangga, tidak bisa dijelaskan oleh mesin paling canggih sekalipun. Bagian terbaik dari jatuh cinta bukan tentang memiliki. Jadi, kenapa kamu sakit hati setelahnya? Kecewa? Marah? Benci? Cemburu? Jangan-jangan karena kamu tidak pernah paham indahnya jatuh cinta.” – Tere Liye.

Indah dan sepertinya mudah bukan kalimat itu? Tetapi untuk sampai pada titik tersebut, sangat diyakini sangatlah sulit. Sudah memasuki fase yang namanya ikhlas. Jelas ini bukan hanya untuk yang sedang LDR, tetapi buat semua yang sedang menjalin hubungan. LDR atau bukan, hadapi dan nikmati saja prosesnya, Jika semesta mendukung, kau tidak perlu berdarah-darah untuk memperjuangkannya. Milikmu akan menjadi milikmu, jika tidak biarkan dia pergi meski ada rasa sakit yang akan tersisa. Begitu adanya kata-kata orang bijak pernah menjalaninya, entah siapa. Mungkin aku, kamu, dia, atau mereka.


Dee