Ibu…
Tidak terasa ya, sudah begitu lama dirimu pergi, sudah sangat lama kita berpisah. Aku masih dua tahun-an kala itu, ketika dirimu tiada. Raut wajahmu saja, tidak bisa aku mengingatnya. Apalagi pelukan dan kasihmu. Terlalu belia aku saat itu. Aku hanya bisa mendengar dari cerita keluarga dan orang-orang sekitar, bahwa dirimu adalah ibu yang sangat tegas namun penuh kasih. Mereka pun bertutur, saat kepergianmu, aku hanya sibuk bermain. Tidak ada kesedihan ataupun tangisan sama sekali. Aku sangat riang karena begitu banyak orang yang datang. Maafkan aku yang saat itu tidak mengerti akan arti sebuah kehilangan. Aku tidak memahami, bahwa hari itu adalah terakhir kalinya aku bisa bertemu denganmu. Aku pun sepertinya tidak pernah merindukan dirimu setelah kepergianmu. Maafkan aku, ibu…

Ibu…
Saat beranjak remaja, aku mulai mencari dan merindukan sosokmu. Aku mulai mempertanyakan kenapa dirimu pergi begitu cepat. Kenapa dirimu tidak seperti ibu-ibu lain yang selalu menemani hari-hari anak mereka. Aku sepertinya merasa dirimu egois dan Tuhan tidak adil. Kenapa teman-temanku bisa bersama ibu mereka dengan waktu yang lebih lama, tetapi kenapa dirimu tidak. Aku selalu iri melihat teman-teman yang dipeluk ibunya, iri mendengar cerita mereka tentang ibunya, bahkan aku terkadang iri melihat mereka dimarahi oleh ibunya. Betapa aku sangat menginginkan dirimu hadir kembali dalam hidupku kala itu. Aku mendambakan dekapan yang tidak pernah kurasakan. Mengharapkan kasih sayangmu yang sangat aku harapkan.  Aku rindu, ibu…

Ibu…
Setelah dewasa, baru aku menyadari arti kepergianmu. Bukan karena egoismu atau Tuhan yang tidak adil. Tetapi karena memang sudah waktunya dirimu pergi. Andaikata bisa memilih, kau pun ingin tetap bersama kami, anak-anakmu. Melihat kami tumbuh dewasa. Kepergianmu mungkin juga karena Tuhan tidak ingin kami menyakiti dirimu. Betapa banyak aku mendengar orang-orang yang mengeluhkan ibu mereka, ibu yang terlalu mengekang, terlalu cerewet, terlalu mengatur atau bahkan ibu yang terlalu diam sekalipun ada saja salah di mata mereka. Aku mungkin saja bisa menjadi seperti mereka andai diberi kesempatan bersamamu lebih lama. Tidak menghargai arti kehadiranmu. Terima kasih telah hadir di kehidupanku, walau hanya sebentar, ibu…

Ibu…
Maafkan aku yang terkadang alpa menyebut namamu dalam doaku. Aku terlalu sibuk walau hanya sekedar untuk mendoakanmu. Bukan, bukan karena aku melupakanmu. Anakmu ini terkadang lalai hanya untuk sekedar meminta kebaikan untukmu di sana. Anak seperti ini kah yang mungkin akan menjaga masa tuamu andai kau masih ada? Aku mungkin saja lebih memilih kesibukanku sendiri daripada bercengkrama denganmu. Aku mungkin juga lebih memilih pergi bersama teman-temanku daripada menemanimu di kala senggangku. Anakmu ini mungkin saja hanya akan mengunjungimu bila sempat. Pantaskah aku berharap kau seharusnya lebih lama bersamaku? Di sana adalah tempat terbaikmu. Aku menyayangimu, ibu…

Ibu…
Aku sudah merelakan pergimu. Namun ada saat dimana aku merindukanmu. Bukan karena aku anak yang rapuh. Aku hanya ingin sejenak merasakan kehadiranmu, kasihmu. Kasih yang tidak pernah tertanam dalam memoriku. Sedikitpun, benar-benar tidak ada bayangan tentangmu. Tetapi dirimu selalu ada di hatiku. Kau tahu ibu, dalam diam aku terkadang menangis mengingatmu. Di saat seperti itu aku ingin kau mendekapku, membelaiku dengan penuh sayang. Kau pasti menganggap aku cengeng. Biarlah, yang penting aku bisa mengenangmu dengan caraku. Bahagialah di sana, ibu…

Ibu…
Apakabarmu di sana? Semoga dirimu selalu mendapatkan tempat terbaik. Selalu dijaga para malaikat. Semoga tempat peristirahatanmu selalu dilapangkan dan diterangkan. Semoga dirimu selalu tenang dan damai di sana. Anakmu di sini juga baik-baik saja. Yah, terkadang ada masalah yang datang silih berganti. Tetai percayalah, aku bisa melewati semuanya. Anakmu ini cukup tangguh ibu. Banyak hal yang ingin aku ceritakan padamu. Tetapi aku tidak ingin mengganggu istirahatmu. Tidurlah dengan tersenyum dan bahagia. Peluk cium dari anakmu. Terima kasih untuk semuanya, ibu…


  Mother, how are you today?
Here is a note from your daughter
With me everything is ok
Mother, how are you today?

*****

Dee



























“Maaf, aku yang salah…”

“Bukan maaf yang aku ingin dengarkan saat ini…”

“Oke, aku akui perasaan ini. Aku sayang sama kamu. Tapi aku nggak bisa menyakiti perasaannya dia.”

“Ohhh gitu? Jadi kamu bisa dan boleh menyakiti perasaanku?”

“Rania, bukan itu maksudku. Maafkan aku, aku salah. Aku yang salah. Aku yang brengsek.”

“Yahh, kamu sangat-sangat brengsek, benar-benar jahat.”

“Rania, aku minta maaf…”

“Pergi..”

“Rania, aku…”

“Pergi!”

“Ran….”

“Pergilah, Dith. Aku mohon sama kamu. Pergilah…”

Adith beranjak dalam keraguan. Sangat ingin dia merengkuh Rania dalam pelukan untuk menenangkannya. Sekali lagi Adith menoleh, memandangi Rania yang tertunduk menahan tangis. Dia sengaja hari ini datang ke rumah Rania, untuk menjelaskan semua perasaan dan keputusannya. Sungguh dia menyesal telah menyakiti Rania. Namun dia harus memilih. Memilih untuk tidak memilih Rania.

*****

“Sumpah? Seriusan? Gila, asli ini gila.”

Putri menatap Rania seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya. Tadi pagi-pagi sekitar jam tujuh, Rania sudah muncul di rumahnya dengan wajah sembab. Putri hanya bisa bengong dan bertanya-tanya dalam hati, melihat tampang sahabatnya itu. Rania datang-datang langsung masuk ke kamar dan menangis. Sekarang dia semakin bengong mendengarkan cerita Rania.

“Maksud lu ini, Adith yang gue kenal juga kan? Adith teman kita kan?”

Rania mengangguk dengan lemah.   

“Okay, sejak kapan kejadian ini? Hebat ya kalian bisa gitu nutupin dari gue dan teman-teman yang lain. Sekarang lu ceritain dari awal deh, biar gue nggak nebak-nebak kayak dukun.”

Putri kaget mendengarkan cerita Rania. Rania jauh cinta sama Adith, teman mereka sendiri. Sudah setahun ini mereka mengenal Adith. Awalnya mereka mengenal Adith dari Randy, teman kuliah Putri dan Rania. Dan kemudian Adith sering bertemu dan pergi bareng mereka. Tidak ada yang salah mungkin dengan perasaaan Rania sekarang terhadap Adith. Karena sering bersama bisa saja membuat perasaan menjadi berubah. Apalagi dari cerita Rania, ini bukanlah cinta sepihak, Adith juga memiliki perasaaan yang sama. Tetapi yang membuat Putri kaget adalah kenyataan bahwa Adith sudah memiliki pacar. Selama ini nggak ada dari mereka dan teman-teman yang lain bahkan Randy pun, yang tahu status Adith. Karena memang Adith tidak pernah menceritakan masalah pribadinya kepada mereka. Jadi apa maksud dia membuat Rania berharap lebih? Dan sekarang Rania membuat seolah-olah menjadi orang ketiga dalam hubungan tersebut.

“Lu emang nggak nanya sama dia?”

“Nanya apa?”

“Ya dia udah punya pacar atau belum, karena dia kan juga nggak pernah bahas pacarnya kalo kumpul atau ngobrol sama kita-kita.”

“Gue udah nanya Put, dia jawab nggak punya.”

“Nggak nyangka lho gue, Adith bisa-bisanya berbuat gini, sama teman sendiri juga. Trus sekarang setelah kalian main perasaan kayak gini, dia pergi aja gitu?”

“Ya katanya dia nggak enak sama pacarnya.”

What? Trus dia enak aja nyakitin perasaan lu?”

“Mungkin karena gue orang ketiga, yang datang belakangan, jadi dia ngerasa pantas buat nyakitin gue.”

“Lu orang ketiga? Dia yang membuat lu menjadi orang ketiga, yang secara nggak langsung mengijinkan lu buat masuk ke dalam kehidupan pribadinya lebih jauh lagi. Nggak habis pikir gue, apa yang membuat dia membiarkan lu terbawa perasaan, begitu juga dengan dia sendiri. Trus sekarang, saat kalian menyadari perasaan masing-masing, dia seperti membawa bom waktu dengan mengatakan, hai! gue sudah punya pacar lho. Kemarin-kemarin pacarnya dikemanain?”

Rania memaklumi kemarahan Putri. Dia pun sebenarnya sangat marah, marah pada dirinya sendiri dan keadaan. Awalnya hubungan dengan Adith biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sering pergi bareng atau sekedar ngopi di kafe. Memang sebelumnya mereka tidak pernah pergi berdua, pasti selalu bersama teman yang lainnya. Sampai akhirnya dua bulan yang lalu Adith mulai sering mengajaknya mengobrol berdua, chatting di Whatsapp. Beberapa kali pergi nonton berdua dan sekedar ngopi di kafe berdua. Dan perhatian Adith yang lebih dari biasanya, membuat Rania mulai merasakan perasaan yang lain terhadap Adith.

Pada awalnya Rania merasa dia terjebak friendzone, karena intensnya komunikasi dan beberapa kali mereka pergi berdua. Rania berusaha untuk mengendalikan perasaannya, karena dia tidak mau pada akhirnya menjadi tersakiti oleh perasaannya sendiri. Namun, perasaan yang semakin hari semakin kuat membuat Rania terusik untuk bertanya pada Adith tentang statusnya. Tidak hanya sekali atau dua kali dia bertanya. Dan Adih menjawab masih sendiri, belum punya pacar. Sejak saat itu Rania mulai menumbuhkan pengharapan lain di hatinya. Dia menginginkan Adith juga mempunyai rasa yang sama. Rania kemudian terhanyut oleh perasaannya, namun kemudian pada akhirnya dia harus terhempas oleh rasa itu sendiri.

Di saat Rania merasa semakin yakin dengan perasaannya, tiba-tiba Adith memberikan pukulan yang telak. Dia mengatakan kalau sudah punya pacar. Jadi selama ini dia sudah berharap pada kekasih orang lain? Semula Rania tidak percaya dengan apa yang dikatakan Adith. Dia masih berharap itu sebuah lelucon. Namun itu adalah kebenaran. Adalah kenyatan. Dan Adith sepertinya tidak memberikan jeda waktu bagi Rania untuk bernafas. Setelah menjelaskan statusnya, Adith kemudian seperti menghindar. Bahkan di Whatsapp grup pun dia seperti menghilang. Komunikasi mereka menjadi dingin. Rania benar-benar tidak habis fikir, dengan apa yang terjadi. Apa salahnya?

“Apa mungkin, kemaren itu dia lagi berantem sama pacarnya?” Ucapan Putri mengusik lamunan Rania.

“Gue juga nggak ngerti, orang dia bilang nggak punya. Lu sama teman yang lain kan juga pernah nanya. Bahkan gue nanya berkali-kali sama dia. Andai dia bilang punya, gue nggak akan berharap lebih sama dia Put. Gue akan bisa mengendalikan perasaan yang terlanjur tumbuh di hati gue.”

“Ini nih, terkadang orang ketiga itu datang bukan karena salah mereka, tetapi karena ketidaktahuan, dibohongi. Dan ketika tahu, sudah terlanjur cinta pake banget. Akhirnya bersedia menjadi orang ketiga. Iya kalau lagi pacaran bisa putus, kalau udah nikah? Panjang kan urusannya. By the way lu belum sampai jatuh cinta mampus juga kan ama dia?”

“Ya belum sih. Tapi tetaplah nyesek Put diginiin.”

“Pastilah, gue ngerti perasaan lu. Apa perlu gue tanya ama si Adith?”

“Ihhh, janganlah. Gue nggak mau masalah semakin runyam. Gue juga nggak mau teman-teman yang lain juga pada tahu. Lagipula gue juga udah nggak mau memperpanjang urusan ama dia. Paling nggak gue tahu kalau gue nggak baper. Dia udah ngakuin juga perasaannya. Meski sakit, gue harus bisa bersikap normal lagi sama dia. Karena toh gue ama dia bakal sering ketemu juga nantinya. Apalagi kalau lagi pada ngumpul.”

“Iya kalau dia masih mau ngumpul,” ujar Putri.

“Gue nggak mau pertemanan jadi hancur juga, meski gue tahu buat kembali normal akan sangat susah.”

 “Ya udah, lu tidur sana. Gue yakin semalaman lu nggak tidur.”

Rania tanpa menyahut menarik selimut. Memejamkan matanya. Berusaha menahan airmatanya. Putri memandangi Rania yang memunggunginya. Menatapnya iba. Dia sangat mengerti, walaupun terlihat berusaha tegar. Putri tahu saat ini Rania merindukan Adith.

*****

Adith menatap layar handphone-nya. Membuka aplikasi WA-nya. Mencari nama Rania di sana. Adith menghela nafas. Sudah lama rasanya dia menghindari Rania. Ahhh, ingin sekali dia menayakan kabar Rania. Kabar? Masih pantas kah dia menanyakan itu pada Rania? Setelah apa yang dia perbuat pada Rania. Dia menyesal, sangat menyesal telah menyakiti Rania. Sungguh tidak ada niat di hatinya menyakiti Rania. Dia juga tidak habis pikir dengan dirinya sendiri, kenapa dia bisa membuat Rania jatuh hati kepadanya. Terlebih lagi mengingkari keberadaan Tya, kekasihnya.

Tidak banyak temannya yang tahu status hubungannya dengan Tya. Karena memang, dia resmi menjalin hubungan dengan Tya, sebulan sebelum hubungannya dengan Rania menjadi lebih intens. Ketika Rania bertanya tentang statusnya, Adith tidak bermaksud untuk berbohong. Dia menjawab belum, karena saaat itu dia memang belum berniat membagi masalah pribadinya dengan Rania. Namun yang terjadi adalah ada perasaan yang lain berkembang di hatinya. Dan dia membiarkan semua itu, serta membuat Rania ikut hanyut.

Sampai di satu titik dia tersadar, harus menentukan sikap. Menghentikan semua perasaannya terhadap Rania. Adith sadar akan keegoisannya. Tetapi dia tidak ingin semakin terbawa perasaaan. Karena pada akhirnya dia harus tetap membuat pilihan. Awalnya Adith memilih untuk menghindari Rania. Adith tahu itu tindakan pengecut dan picik. Dia membiarkan Rania bertanya-tanya atas sikapnya. Dia juga menjauh dari teman-teman yang lain. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak bertemu Rania.

Tetapi Adith tidak bisa tenang. Karena Rania terus mempertanyakan sikapnya. Sampai akhirnya dia mendatangi Rania untuk menjeaskan semuanya. Sungguh saat itu dia tidak sanggup untuk melihat kepedihan di mata Rania. Dia harus menyakiti perempuan yang disayanginya. Kenapa dia bisa menyayangi dua perempuan sekligus dalam waktu yang bersamaan? Sebegitu jahatkah dia, sebegitu egoisnya?

Sebulan setelah kejadian itu, Adith belum mampu untuk bertemu Rania. Meskipun dipesan terakhirnya Rania mengatakan, dia sudah memaafkan Adith. Dan Rania akan berusaha untuk bersikap normal ketika mereka bertemu nanti. Penyesalan masih bersarang di hati Adith. Dia belum bisa bertemu muka dengan Rania. Karena ketika dia melihat Rania, dia hanya akan teringat perbuatannya yang sangat menyakitkan. Mungkin Rania berusaha bersikap biasadan memaafkannya, tetapi sikap itulah yang membuat Adith semakin terpuruk dalam penyesalan.

Perlahan Adith menulis pesan untuk Rania. Namun pesan itu tidak pernah terkirimkan. Adith masih menunggu waktu yang tepat. Entah sampai kapan.

Apa kabarmu Rania…


*****

I’ll always be waiting for you,
So you know how much I need you,
But you never even see me, do you?
And is this my final chance of getting you?

(Shiver - Coldplay)

            *****



             Dee







Ini tulisan kesekian yang gua tulis. Sumpah entah kenapa tema “MEDSOS” kali ini membuat ide gua sepertinya mentok. Bahkan setelah menulis dalam bentuk cerpen sampai enam halaman, ide untuk endingnya pun sepertinya buyar. Sepertinya memang kata Mhimi, tidak selamanya ending itu seperti yang kita harapkan. Entahlah kenapa tema ini sepertinya membuat gua kehabisan ide, entah karena gua adalah pengguna pasif alias lebih sering jadi pembaca atau likers, or lover status orang, entah karena merasa tema ini akan membuat gua akan menjadi “nyinyir” akan tingkah laku orang-orang di medsos. Yang jelas ini tulisan gua tulis lima jam sebelum deadline, meninggalkan cerpen dengan ide medsos yang tinggal menyudahi endingnya, terbengkalai begitu saja ahahaha

Gua akan membahas medsos dari sudut pandang diri gua sendiri deh. Kalau bahas orang lain ngeri nanti ada yang tersinggung atau ada yang bunuh diri karena tulisan gua kan berabe urusannya. Gua sedari dulu memang sangat jarang yang namanya meng-update status di medsos, sejak mulai dari jamannya Friendster, Facebook, Twitter, Path dan bahkan Instagram sekalipun. Dan beberapa medsos yang berakhir sebatas sign up saja. Entahlah kenapa ada rasa nggak nyaman ketika harus mengupdate apa yang terjadi sama diri sendiri. Apalagi masalah yang berhubungan sama hati *eaaaa*. Makanya isi medsos gua palingan photo liburan, atau kumpul sama teman-teman. Gitu-gitu aja sih isinya. Ganti photo profile aja sekali seabad ahahaha. 

Salut buat mereka yang bisa mengaktualisasikan dirinya di mesdos dengan cara yang tepat guna ahahaha. Bukan mereka yang sekedar asal nulis. Asal ini bukan maksudnya masalah kualitas status sih ya. Asal ini mengarah ke mereka yang terkadang kebablasan menggunakan medsos. Contohnya, umbar permasalahan dengan pasangan di medsos, pasangan yang sudah menikah maksudnya. Penting ya? Itu bukannya aib lu juga, kok malah dipamer-pamerin sih. Berharap iba yang baca? Berharap di-like terus masalah lu kelar gitu? Masalah ada buat diselesaikan, bukan buat dipamerkan. Apalagi sampai sebar cerita kejelekan pasangan, gagal paham deh. Eits Deesan, tuhhkan jadi nyinyir ahahaha.

Sekarang ini media sosial terkadang menjadi wadah curhat yang tidak pada tempatnya, atau menjadi sumber berita yang belum tentu kebenarannya. Medsos menjadi ajang "pertempuran politik" para pendukung fanatik. Mual deh bacanya. Saling hujat, caci, merasa dukungannya paling benar. Yang akhirnya berujung ke arah SARA. Kayak paling benar deh hidupnya. Nggak sadar diadu domba? Mendukung sih boleh, namun jangan "mendewakan". Belum lagi mereka yang suka share photo yang "berdarah-darah". Untuk menumbuhkan simpati dan empati, tidak harus dengan "darah" kawan. Banyak cara yang lebih elegan dan santun. 

 Memang benar itu media sosial lu yang "punya". Namun layaknya kehidupan sosial, ada aturan dan etika yang harus lu taati. Curhat yang nggak pada tempatnya mbok ya difikirkan, atau jangan asal share berita yang nggak jelas. Asli yang baca juga merasa terganggu. Memang bisa saja tinggal bilang kalau nggak suka, silahkan hapus pertemanan. Kalau nggak suka jangan dibaca. Nggak bisa semudah itu, lu juga bikin tulisan atau status juga di "ruang publik", sama saja kayak di lingkungan sekitar lu ngoceh nggak karuan, trus memberikan berita yang nggak benar. Sama-sama mengganggu kan. Hanya medianya aja yang beda. Nah tuh kan gua jadinya melenceng lagi dari niat mau nulis apa ahahaha

Oke, kembali ke gua aja deh. Dan terus terang gua bingung mau bahas apa ahahaha. Mau bahas manfaat serta kerugian nya juga sudah banyak yang tahu lah. Lagian gua juga bukan motivator yang akan membahas hal-hal tersebut. Mau bermanfaat atau berguna itu kembali ke diri masing-masing deh. Pada intinya gunakan lah medsos dengan bijak. Lu nggak musti sebijak Mario Teguh juga sih -masih bijak kan :D- atau sepuitis Pidi Baiq. 

Postingan atau status lu juga nggak musti yang "berkelas" atau "penting". Tetapi paling nggak tulisan atau status lu nggak bikin rusuh atau cari "sensasi", artis karbitan sudah kebanyakan. Kecuali sensasi dalam hal positif sih lanjutkan saja lah. Namun apa jadinya dunia per-medsos-an tanpa sensasi? Hahaha sumpah deh ahhh, gelap otak dan fikiran gua nulis tema ini. Karena seperti yang gua bilang, ujung-ujungnya gua akan berakhir nyinyir sama tingkah laku para pelaku di medsos. Buat apa juga kan. Sayang blog gua ahahaha. 


Note: karena mereka curang dalam menentukan aturan, tulisan ini berakhir gini ajah ahahahah. Kalau ada niat dan waktu gua revisi. Dan postingan ini pun judulnya nggak nyambung, Ini semua untuk kalian my the Jones Team :D


Dee


Teruntuk: Kamu yang pernah singgah di hati...

Apakabarmu? Ahhh pertanyaan bodoh. Aku seperti mengais kembali tumpukan masa lalu. Mencari secuil kenangan yang mungkin masih tersisa. Mengorek-ngorek kembali luka yang telah kering. Membuka lembaran cerita lama yang telah usai. Usai? Benarkah cerita itu telah usai? Sepertinya masih ada yang tertinggal. Aku menghela nafas. Terasa sesak. Harus ada yang aku selesaikan…

Kau tahu, ketika kau memilih untuk pergi, aku sangat kehilangan. Mencarimu di setiap sudut kenangan. Menunggumu dalam keheningan. Dengan setia menunggu kabarmu. Menatap layar handphoneku dengan harap, kau kembali menyapaku. Seperti biasa yang kau yang lakukan. Harapan itu terus aku pupuk. Aku lupa akan  kenyataan. Kau benar-benar telah memilih untuk pergi…

Aku tidak pernah menceritakan tentang dirimu pada siapapun. Baik ketika aku mengenalmu, saat bersamamu, dan bahkan  saat kau pergi.  Aku memendamnya sendiri. Aku tenggelam dalam dunia baru tentangmu. Bersamamu aku merasa sangat bahagia. Sampai saatnya kau pergi tanpa kata. Begitu saja. Dunia yang ku bangun runtuh seketika. Tetapi aku tetap menyimpannya dalam diam. Menangisimu dalam sunyi…

Ada saat dimana aku ingin mencarimu, hanya sekedar ingin tahu jawaban atas tanyaku. Kenapa kau pergi? Tidak bisa kah kau mencari alasannya. Bahkan andai kata mengada-ada sekalipun. Akan lebih baik sepertinya.  Sehingga aku tidak menyalahkan diriku sendiri berlarut-larut. Aku sibuk dengan pikiran bahwa kau pergi karena kesalahanku. Kau pergi karena sudah tidak menginginkanku. Tetapi kenapa? Aku hanya butuh jawabmu...

Mereka yang membaca ini, mungkin menganggap aku terlalu berlebihan. Ya aku yang memang terlalu berlebihan. Berlebihan mempercayai setiap  janji  dan kata-katamu. Berlebihan mencintaimu melebihi diriku sendiri. Berlebihan menganggapmu akan memenuhi semua rencana yang kita impikan. Bahkan di saat aku aku mengetahui sulit untuk kita bersama. Aku tidak perduli. Aku tetap menganggap cintamu adalah kesempurnaan....

Sampai di masa aku tertegun. Sampai kapan aku harus menjalani kehidupan seperti ini. Menunggu tanpa kepastian. Menganggapmu adalah segalanya adalah kesalahan. Sungguh sebuah kesalahan. Aku juga tidak mengerti apa yang membuatku tersadar. Sepertinya lelahku menunggu membuat aku menyadarinya. Betapa aku telah tidak adil dengan diriku sendiri selama ini. Teramat sangat...

Siapa dirimu, yang membuatku lebih menghargai sapaan selamat pagimu, daripada mentari pagi yang masih selalu bersinar. Siapa dirimu, yang kuanggap sempurna padahal kau manusia biasa. Siapa dirimu, sehingga aku begitu menganggap kau adalah segalanya, padahal kau bukan siapa-siapa. Siapa dirimu, yang membuatku merasa dunia akan runtuh, padahal kiamat pun belum tiba. Siapa dirimu, yang membuatku lebih percaya kita akan bersama selamanya, padahal masih ada Tuhan di atas sana...

Aku tersadar, pecuma menunggu dan menantimu. Bahkan jawaban atas pergimu pun sudah tidak aku hiraukan. Setelah berapa lama aku baru tersadar. Kau pergi dengan diam, aku pun akan pergi dalam diam. Ahhh, inilah yang aku bilang masih ada yang belum selesai. Aku selesai denganmu tetapi tidak dengan diriku sendiri. Pergimu sudah kurelakan. Tetapi pergimu meninggalkan luka yang membuatku tidak pernah bisa mempercayai lagi bahwa cinta itu ada...

Aku menutup diri untuk semua cinta, menutup semua ruang di hatiku. Tanpa sisa. Aku menganggap  semuanya hanya akan sama, berakhir dengan luka. Semua akan pergi tanpa kata, seperti dirimu. Tidak pernah akan kubuka lagi pintu hati ini. Jikalau rasa sakit itu hanya akan sama saja. Untuk apa mencoba sesuatu yang sudah jelas akhirnya? Ternyata aku belum sepenuhnya kembali...

Tujuh tahun sudah kuhabiskan hanya untuk memeluk masa lalu itu. Tetap memilih hanya mempunyai kenangan tentangmu. Erat. Tidak mau melepaskannya. Aku terbuai karenanya. Enggan untuk beranjak pergi. Sehingga aku pun mengunci rapat pintu hatiku untuk membuat kenangan yang lain. Ini hanya membuatku sepertinya tidak tergantikan. Hanya tentangmu dan tentangmu...

Namun benar adanya, waktulah yang akhirnya menyembuhkan lukaku. Sekarang baru aku sadari, terlalu lama waktu yang kubutuhkan untuk itu. Tetapi harus kah  aku menyalahkan waktu dan diri sendiri. Tidak. Cukup sudah waktu yang terbuang dengan menangisimu dan menyesali diri selama ini. Aku mencukupkannya dan memberanikan diri menulis ini. Terima kasih untuk semua yang pernah terjadi. Semoga kebahagiaan menyertai kehidupan kita masing-masing. Saatnya nanti jikalau kita berjumpa, marilah kita saling menyapa seperti layaknya teman biasa...

Dari: Aku yang pernah tersakiti...

**********************************************

Tema dari The Jones kali ini seperti nantangin ya ahahaha. Patah hati. Berat? Biasa saja sih temanya. Tema ini sudah makanan biasa. Asekkk, patah hati terus nih mbak ahahaha.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, patah hati adalah kecewa karena putus percintaaan, kecewa karena harapannya gagal. Secara teori yang namanya jatuh cinta akan dipastikan berakhir dengan perpisahan. Entah itu karena sudah tidak sejalan, ketidakcocokan, atau kepengecutan salah satu pihak atau bahkan terpisah ruang dan waktu. Tidak ada yang abadi. Semua pasti ada akhirnya. Ini secara teori, tetapi pada kenyataannya kita akan lebih siap untuk jatuh cinta tetapi sangat tidak siap untuk sebuah perpisahan. Baik itu perpisahan secara baik-baik, apalagi perpisahan dengan cara yang tidak baik. Dalam konteks selanjutnya mungkin yang akan aku bahas adalah patah hati karena salah satu pihak pergi, tanpa penjelasan apa-apa.

Yang namanya jatuh cinta, itu sudah sepaket dengan namanya yang patah hati. Namun paketnya ini berbeda-beda kemasannya. Dan cara masing-masing orang juga berbeda untuk menyingkapinya. Ada yang bisa dengan cepat menata hatinya kembali, tetapi ada juga yang butuh waktu lama untuk kembali merasa biasa. Entahlah penyebabnya apa. Apa mungkin salah satunya adalah cara pandang terhadap cinta itu sendiri. Terlalu menempatkan seluruh harapannya pada seseorang.

Merasa dia adalah segalanya, padahal dia adalah orang asing yang baru kita temui dalam hidup kita. Sehingga ini lah yang menyebabkan kenapa perpisahan menjadi menyakitkan. Dia terlalu berarti, dia adalah nafasku, dia adalah duniaku. Bagaimana dengan dirimu sendiri, apakah tidak berarti? Nafas? Ingat yang memberikanmu nafas itu Tuhan. Dunia nyatamu adalah yang masih berputar, bukan dunia yang kau ciptakan sendiri. Namun sama dengan halnya orang yang sedang jatuh cinta, mungkin juga sulit untuk memberikan nasehat pada mereka yang sedang patah hati. Karena yang merasakan adalah mereka.

Tidak ada yang salah dengan patah hati. Tetapi kelamaan menikmati patah hati bahkan sampai tidak mau jatuh cinta lagi adalah kesalahan. Hidup terlalu singkat kalau hanya diisi meratapi kepergian orang yang memang bukan jodohmu. Itulah harusnya pemikiran yang ada di pemilik hati yang sedang patah. Namun seperti yang tadi dikatakan, bahwa cara kita menyikapinya ya tergantung diri sendiri. Karena tidak akan ada yang bisa menyembuhkan patah hati kalau bukan dari diri sendiri.

Mungkin ada yang berkata, bicara sangat mudah. Ya memang benar, tetapi aku pernah pada posisi dimana terlalu lama menikmati rasa sakit itu. Sulit untuk meyakinkan diri sendiri, sulit untuk membuka diri. Apakah menyenangkan tentu saja tidak. Membuat diri tertutup, tidak pernah mau mencoba membuka hati, dan bahkan “menyalahkan” Tuhan atas apa yang terjadi. Menuding keadaaan, padahal diri sendirilah yang tidak mau berubah. Takut untuk melangkah dan mungkin akan merasakan kembali jatuh dalam kondisi yang sama. Kalau tidak ingin jatuh, duduklah dalam diam, menunggu kematian.

Buat para hati yang sedang tersakiti, sudahi sakit itu. Memang butuh waktu tetapi jangan terlalu berlarut-larut. Dia memilih pergi artinya dia bukan  jodohmu. Berharap suatu saat dia akan datang kembali? Yakin kah dia adalah orang yang dulu kau kenal? Berikan kesempatan pada dirimu sendiri untuk berbahagia. Jangan biarkan jodohmu terlalu lama menunggumu membuka hati.

Bagi para pencipta patah hati, satu pesan untukmu. Ketika rasa berubah, ketika cinta lenyap sudah, atau alasan lain yang entahlah, janganlah pergi begitu saja. Ucapkan selamat tinggal, walaupun itu akan terdengar menyakitkan. Tetapi akan lebih baik, daripada kau pergi begitu saja. Tanpa kata…



Dee














“Hari gini masih jomblo? Nggak banget ihhh.”

“Malam mingguan sendirian aja ngapain sih kalau jomblo ya?”

“Sedih nggak sih nggak punya pasangan?”

Begitulah segelintir ungkapan atas ke-ngenes-an nasib jomblo. Dan status ngenes sebagai jomblo itu akan lebih lengkap karena lu ada di NKRI tercinta. Mau lebih ngenes se-ngenes-nya? Di saat hari dimana harusnya menjadi ajang silaturahmi, ajang kembali fitrah tetapi menjadi ajang bullying terselubung buat para jomblo. Pertanyaan "kapan nikah" buat jomblo yang “sepatutnya” sudah harus menikah menjadi semacam ritual wajib. Dan biasanya ritual ini akan berlanjut menjadi ajang tuduhan. Mulai tuduhan nggak laku, terlalu pemilih, dan beragam tuduhan lain yang membuat para jomblo tersudut. Seharusnya kembali fitrah, bisa jadi malah menyulut amarah. Sulit memang hidup di negara yang sangat “perduli” dengan hidup orang lain ahahaha.

Lihatlah, betapa tidak asiknya ya menjadi seorang jomblo. Ini belum lagi ditambah kalau ada acara reunian, mulai dari reuni TK sampai S3 ahahaha. Belum lagi pertanyaan dan tatapan prihatin dari para tetangga sampai mbak-mbak atau mas-mas dari asuransi yang sering melontarkan kata “Lumayan bu, untuk asuransi keluarganya. Putra atau putrinya umur berapa?” Minta dijambak ya, calon bapaknya saja belum muncul hilalnya. Tetapi apakah iya, nasib menjomblo sedemikian tragisnya?

Kalau dicari di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tidak akan ditemukan kata-kata jomblo. Yang ada adalah jomlo. Pengertian di KBBI jomlo itu adalah gadis tua. Entahlah atas dasar apa itu menjadi gadis tua. Apa maksudnya yang merana kalau jomblo itu hanya para wanita. Yang mengartikan minta digelitik pakai  garpu deh. Pada dasarnya baik itu wanita atau laki-laki, menjomblo tetap menjadi mangsa empuk buat di-bully. Karena mungkin menurut kacamata mereka yang tidak men-jomblo, status jomblo adalah sebuah penderitaan tanpa batas, aib yang teramat sangat, kesedihan tak berujung. Terkesan lebay? Memang karena itulah ke-lebay-an yang selama ini kalian junjung. Menganggap jomblo adalah simbol ke-ngenes-an.

Padahal kalau mau jujur, dibalik ngenes-nya nasib seorang jomblo ada beberapa hal yang diyakini tidak dimiliki bagi mereka yang sudah mempunyai pasangan. Salah satunya adalah “kebebasan”. Tidak bisa dipungkiri bahwa setelah lu punya pasangan, yang namanya kebebasan tidak bisa lagi lu miliki dengan mutlak. Nggak usah pake bilang, “Pacar gue pengertian kok, dia bebasin gue”. Sepengertiannya apa pun pacar atau pasangan lu, sadar atau tidak sadar “kebebasan” itu bukan lagi “hak” lu. Nggak usah mangkir dengan kenyataan ini. Nah kalau pacar atau pasangan lu cemburuan, ucapkan selamat tinggal pada kebebasan. Jalan sama teman dicurigai, di media social nge-like atau nge-love status teman dicemburui, telat jawab telepon dimarahin, dia nggak ngasih kabar galau. Ini segelintir contoh. Belum lagi pertemanan lu dibatasin, medsos lu di-stalker, ngapa-ngapain musti laporan. Kelar hidup lu. Kecuali lu menikmatinya sih. Tetapi mana ada sih manusia yang kebebasannya mau direnggut.

Jomblo itu bebas mau jalan sama siapa saja, online sama siapa saja, berteman dengan siapa saja, hangout sama siapa saja, bebas mengatur jadwal sendiri, tanpa harus memikirkan “perasaan” pasangan, yang terkadang menguras energi. Pada intinya lu jomblo, lu bisa menikmati dunia lu. Bebas sebebasnya. Tentu bebas dalam maksud yang positif ya. Dan para jomblo nikmati hal tersebut sebelum lu punya pasangan. Karena hal ini lah yang sangat “dicemburui” oleh mereka yang punya pasangan. Walaupun mereka seringkali menafikan itu, mengatakan pada para jomblo “apa enaknya sendiri”. Memangnya situ lahir langsung punya pasangan :p. Pasti pernah sendiri kan, dan pernah merasakan betapa “nikmatnya’’ kesendirian.

Jomblo itu memang sendiri, tetapi belum tentu merasa sendirian. Karena dengan statusnya yang masih sendiri, dia bisa melakukan apa saja yang bisa membuatnya bahagia. Bebas mengekspresikan diri, bebas menekuni hobi, bebas melangkahkan kaki kemanapun yang dia mau dan kebebasan lainnya. Ada kok yang sudah punya pasangan juga mempunyai kebebasan seperti halnya jomblo. Bisa jadi sih ada, tetapi seberapa banyak? Dan apa iya bebasnya murni? Coba dijawab sendiri saja buat yang punya pasangan.

Belum lagi ya kalau status lu sudah menikah, bukan pacaran doang. Menikah itu artinya lu sudah punya catatan tertulis bahwa lu sudah tidak bisa seenaknya sendiri. Lu nggak bisa egois memikirkan “mau” lu sendiri. Harus memikirkan pasangan, dan nantinya setelah punya anak harus memikirkan berbagai hal tentang anak. Mulai dari A sampai Z musti lu pikirin. Menikah itu ibadah lho. Menikah itu ajang untuk ladang pahala. Tetapi ingat, jomblo itu juga bukan dosa lho. Jomblo berarti bukan tidak mau menikah, tetapi belum saatnya dia menikah. Kalau sudah urusan pahala dan dosa, mari kita serahkan ke diri masing-masing dan Tuhan. Yang punya pasangan yang menyakiti pasangannya, apa iya pahala yang didapat. 

Seharusnyalah bagi yang mempunyai pasangan ucapkan terima kasih pada para jomblo, karena dengan adanya para jomblo kalian “derajatnya” naik satu level dan kalian punya bahan bully-an. Lagian nggak usah terlalu bangga punya pasangan, karena tidak ada yang abadi di dunia ini. Mati juga nggak ajak-ajak pasangan kan? Emangnya situ Romeo dan Juliet. Di kubur yang ditanya juga bukan siapa pasangan lu ini.  

Jadi kesimpulannya, ke-ngenes-an bukan karena lu jomblo atau nggak. Lu punya pasangan bukan berarti hidup lu paling bahagia, sebahagia ending-nya dongeng Cinderella. Dan lu jomblo bukan berarti pula hidup lu nggak bisa bahagia. Baik yang sudah punya pasangan maupun yang masih menjomblo itu pasti ada kelebihan dan kekurangannya. Namun sepertinya jomblo lebih terlihat kekurangannya ya, terutama bagi mereka yang sudah “layak” untuk menikah, hal ini tidak luput dari stigma masyarakat kita pada umumnya bahwa menikah itu karena usia, bukan menikah karena saatnya.

 Memang sih seperti halnya manusia biasa, jomblo juga nggak luput dari ketidaksempurnan. Kegalauan pastilah terkadang mendera. Resah juga selintas ada. Tetapi itu bukan bentuk sebuah ke-ngenesan-an. Yang punya pasangan saja boleh galau, masak jomblo nggak boleh. Jadi, nikmatin saja status masing-masing dengan cara kita sendiri. Punya pasangan adalah komitmen, jomblo adalah anugerah. Karena ada orang bijak yang mengatakan, “being single is smarter than being in the wrong relantionship”. Dengan kata lain, siapa yang lebih beruntung, jomblo tetapi bahagia, daripada punya pasangan tetapi merasa sendiri? 

Selamat menikmati ke-jomblo-an selagi masih belum diberikan pasangan yang tepat, di saat yang tepat, dan di koridor yang tepat. Karena sejatinya “Jodoh itu misterius, dia datang begitu saja dan lewat begitu saja – Clara Ng”.


*****

Tulisan ini terlahir karena tantangan dari grup The Jones Goes To Merried ^^

Grup yang beranggotakan empat manusia ajaib yang berasal dari daerah yang berbeda. Ada Gita, wanita Batak yang berdomisili di Jakarta. Mhimi, wanita Makassar yang juga menetap di sana. Ilham, lelaki Jambi yang tinggal di Bangko. Dan aku sendiri, wanita Padang yang merantau ke Jakarta. Nasib mempertemukan kami. Indahnya perbedaan yang kadang melahirkan perdebatan ahahaha. Peace and love ^ ^


Dee






Berdasarkan itinerary, kami paling lama akan berada di Italy. Jadi untuk visa Schengen akan diajukan di kedutaan Italy. Ada yang bilang visa Schengen Belanda lebih gampang dan kalau masuk lewat Belanda juga bisa mengajukan visa di kedutaan Belanda. Namun ada info terbaru lagi, kalau untuk pengurusan visa bukan dari negara tempat masuk pertama kali, tetapi negara yang terlama dikunjungi. Bisa saja sih bikin itinerary palsu dengan bookingan penginapan palsu juga, tetapi biar dilancarkan jalannya mending urus yang benar sekalian, daripada nanti diberi harapan palsu di sana ahahaha.

Untuk pengurusan visa Schengen Italy, pengajuannya tidak langsung ke kedutaannya. Tetapi melalui “pihak ketiga” Pusat Aplikasi Visa (VFSGlobal). Untuk mengetahui syarat-syarat dan tata cara pengajuannya bisa dicek di sini ya. Untuk menghindari antrian panjang, makanya sebelum penyerahan dokumen ke Pusat Aplikasi bisa kita disyaratkan untuk membuat perjanjian penyerahan dokumen. Tanggal dan waktu kedatangan nantinya akan ditentukan setelah kita mengisi formulir online perjanjian.

Disarankan, meskipun di jadwal online semisal disuruh datang jam 11.00, datanglah lebih pagi, karena sesampai di sana, untuk masuk kita juga akan mendapat nomor antrian lagi. Karena pengalaman kemaren ngaret dari jadwal, kami yang seharusnya dijadwalkan jam 11 molor sampai jam 1-an. Tetapi petugasnya sadar diri, langsung minta maaf, dia bilang karena lagi rame banget yang pengajuan visa, dan itu rata-rata grup travel. Yang bikin lumayan bete menunggu adalah kita hanya bengong nunggu antrian. Karena di dalam nggak boleh main handphone, harus di-silence. Coba deh iseng main hape, pasti tiba-iba ada bapak petugas dengan manis tapi rada galak langsung negur ahahaha. Jadi mending bawa buku bacaan atau brosur apa kek yang bisa buat dibaca-baca di dalam :D

Kelengkapan dokumen juga musti diperhatikan, biar nggak bolak balik. Jadi kalau ada yang ragu atau pertanyaan VFS Global juga ada line telepon untuk pertanyaan seputar visa. Tetapi musti dengan kesabaran dan ketabahan mencobanya ahahaha. Tetapi jangan khawatir mereka juga menerima dan melayani pertanyaan lewat email. Dan seperti biasa, urusan visa berasa “judi”. Karena untuk tiket sudah dibeli duluan, trus beberapa tiket kereta dan bus antar negara juga sudah beli. Jadi kalau nggak disetujui visanya nangis darah deh. Kalau untuk penginapan masih aman karena pesan lewat booking.com kan nantinya bisa dibatalkan tanpa fee sebelum batas waktu yang sudah ditentukan. Biasanya sih beberapa hari sebelum hari-H.

Salah satu persyaratan visa adalah asuransi perjalanan. Untuk pengurusan ini juga cukup mudah, bisa online via cekpremi.com. isi formulir onlinenya pilih asuransinya, nanti akan ada pihak cekpremi yang akan telpon/WA. Asuransi yang kami pilih adalah ACA dengan premi USD 36 dan biaya administrasinya USD 1.5. Untuk pemilihan asuransi ini disesuaikan dengan persyaratan nilai pertangggungan dari untuk visa Schengen. Proses untuk mendapatkan polisnya juga cepat, setelah kita melampirkan via email persyaratan ke cekpremi.com dan membayar jumlah preminya, nggak berapa lama polis akan dikirimkan via email. Syarat untuk pengajuan asuransi ini berupa Photocopy KTP, photocopy paspor, photo ahli waris serta data lengkap ahli waris (nama lengkap, hubungan kekerabatan, alamat lengkap dan nomor kontak).

Proses penyerahan dokumen nggak selama antrinya ternyata, setelah diperiksa kelengkapannya, kemudian kita dikasih secarik kertas yang isinya pembayaran untuk pengajuan visa. Biaya untuk visa turis sebesar IDR 919.000, ditambah biaya logistik IDR 300.000, dan kalau ingin pemberitahuan pengambilan paspor lewat sms akan dikenai biaya lagi IDR 20.000. Kalau nggak mau juga nggak apa-apa, karena nanti pemberitahuan akan disampaikan lewat email.

Setelah melewati petugas bagian penerimaan dokumen dan pembayaran, kita harus antri lagi untuk sidik jari. Ya nggak lama sih antrinya, tergantung orang-orang sebelum kita bermasalah atau nggak aja. Karena di bagian ini kita nggak hanya cek sidik jari tetapi juga ditanya-tanya seputar perjalanan ke sana. Ngapain ke sana, berapa lama di negara ini dan itu, masuk lewat mana, nginap dimana dll. Setelah itu selesai deh prosesnya. Bentar yah dan nggak ribet. Iya kalau dokumennya lengkap sih bentar dan nggak ribet :D

Sehari setelah penyerahan dokumen, maka akan ada email dari VFSGlobal yang memberikan informasi bahwa dokumen kita sudah diserahkan ke kedutaan. Berdasarkan informasi petugas VFSGlobal, pengurusan visa ini akan memakan waktu sekitar 3 sd 5 hari kerja. Aku menyerahkan dokumen tanggal 17 Maret, tanggal 18 Maret dapat email kalau dokumen sudah di kedutaan, tanggal 23 Maret dapat email konfirmasi kalau hasil dari kedutaan sudah keluar, dan paspor sudah dapat diambil. Tetapi ini bukan pemberitahuan visanya disetujui atau nggaknya ya. Persetujuan visa mutlak hak kedutaan. Pihak VFSGlobal juga nggak tahu hasilnya, karena mereka menerima berupa amplop tertutup dari kedutaan. Jadi sewaktu ngambilnya serasa mau lihat hasil ujian ahahaha, deg-degan juga. Ngeri diphp ehhh ditolak :D

Dan hasilnya adalahhhh visanya disetujui. Alhamdulillah. Yihaaaaa! Semoga perjalanan berjalan dengan lancar, aman dan damai. Aaminn…


Dee