Kesan Pertama Begitu Menggoda (Day 1 - Seoul)

02 Juni 2011, sekitar pukul 08.35 waktu Seoul kami melangkah keluar dari pesawat. Lumayan dingin. Di pesawat memang sudah diinfokan bahwa suhu di Seoul 14 derajat Celcius. Aku bersorak dalam hati. Korea! Here I am!. Finally, satu mimpi telah terwujud. 

Untuk keluar dari “zona aman” memanglah tidak mudah. Keterbatasan waktu, terutama dana menjadi penyebab utama bagi kita, terutama aku yang masuk dalam golongan berpenghasilan menengah ke bawah hihihi. Selain itu “ketakutan-ketakutan” akan hal baru yang nantinya akan ditemui di tempat baru. Keterbatasan bahasa, dan mungkin juga aku dan dua orang teman yang berjilbab. Kami takut nantinya di sana tidak diterima baik, didiskriminasi dan bayangan-bayangan horor lainnya. Berandai-andai gimana nantinya tidak ada yang mau terima kami menginap di hostel, ya kami tidak akan menginap di hotel. Hostel tempat para backpacker menginap, disanalah kami akan bermalam.  Aai (Aisyah) dan Ipat (Fatimah) memang sudah beberapa kali keluar negeri, tetapi memakai jasa travel. Untuk perjalanan sekarang aku racuni kita pergi sendiri tanpa travel hihihi.


Kembali ke pendaratan di Incheon. Bagaikan orang norak aku melihat begitu megahnya airport Incheon. Rapi dan bersih. Hei lihat ada keran buat air minum! Hahaha betapa noraknya ya. Sementara orang-orang berjalan dengan cepat, aku, Aai & Ipat  berjalan dengan lebih lambat sambil memperhatikan sekitar. Berphoto-photo, biasalah narsis tetap mendarah daging. Kami kemudian menunggu kereta yang datang setiap lima menit menuju ke bagian imgrasi dan pengambilan bagasi.

Sesampainya di imigrasi, Ipat tetap potret sana sini. Tiba-tiba ada teriakan, NO PHOTO! NO PHOTO!. Hihhihi ditegur sama bapak-bapak petugas imigrasi. Oke-oke ajeossi (paman), maafkan, joesonghamnida.  Di bagian imigrasi lancar-lancar saja. Ditanya sama petugasnya, tujuan ke Korea. Mau nyari pacar yang hilang Mbak hihihi. Berapa lama di Korea, nginap dimana. Dipelototin bentar sama mbak petugasnya. Mikir kali orang baik-baik nih, jadi nggak usah diribetin hahaha. Habis itu dicap deh sama mbak-mbaknya. Setelah selesai dari bagian imigrasi kami kemudian ke tempat pengambilan bagasi.




Melangkahkan kaki keluar menuju ruang tunggu. Wahhhh keren emang nih airport. Sory ya bandara Soetaku tidak bermaksud melecehkan keberadaanmu hehehe. Hanya sekedar mengaggumi kok. Tempat pertama yang dicari adalah toilet, mau bersih-bersih muka dan panggilan alam. Aku sendiri menunggu mereka sambil melihat sekeliling. Masih serasa tidak percaya bisa menginjak negeri ginseng ini. 

Setelah selesai, kami bersiap-siap untuk mencari bus yang akan membawa kami menuju hostel. Tiba-tiba disamperin seorang ajeossi, menanyakan kami mau kemana. Yahh, sedikit tidak mengerti dengan apa yang ditanyakan, kami malah menanyakan bus yang kami cari. Belum sempat tuh ajeossi menjawab pertanyaan kami, tiba-tiba kami disamperin lagi seorang bapak-bapak yang berperawakan China. Kalau melihat sekilas seperti orang Korea.

“Dari Indonesia ya?”

Aha! Ternyata orang Indonesia juga. Aihhhh senangnya hahaha.

Ternyata beliau dari protocol staff  kedutaan Indonesia yang baru saja mengantar Anang & Ashanty. Beliau memberitahukan kami kalau tadi itu adalah sopir taksi gelap. Bisa-bisa mematok harga 100.000 Won (sekitar Rp 870.000). Wuihhhhhhhhh harganya ngeri hahaha. Beliau menanyakan tujuan kami. Dan tak disangka-sangka bersedia mengantar kami ke daerah tempat hostel. Pak Eddy namanya, alias Mr. Kang Eddy hahaha. Pak Eddy tidak hapal persisnya letak hostelnya, jadi hanya bisa mengantar kami ke dekat tujuan. Tapi itu sudah membuat kami sangat berterima kasih. 

“Ini kan mobil negara, dan kalian anak negara, jadi ya tidak masalah saya mengantar kalian dengan mobil ini”

Hahaha, benar juga ya. Terima kasih untuk Pak Eddy. Orang baik pertama yang kami temukan di Korea. 
“Lumayankan bisa ngirit 10.000 won, kan bisa buat oleh-oleh”

Benar lagi! Karena seharusnya kami naik Airport Bus Limousine yang standar no 6002 yang menuju halte bus di Kyungnam Wedding Hall. Harga tiketnya 10.000 won (sekitar Rp 87.000). 


Ada kejadian lucu sewaktu mau naik mobil. Ipat yang mau duduk di depan samping pengemudi, naik dari sebelah kiri. Kalau di Korea setir di sebelah kiri, beda dengan kita setir di sebelah kanan. 

“Silahkan kalau mau  nyetir,” kata Pak Eddy. Hahaha kita kompak ketawa. Maklumlah Pak masih jetlag :D.

Sepanjang jalan, Pak Eddy bercerita tentang dirinya yang sudah 15 tahun di Korea. Orangnya ngocol juga hihihi. Beliau urang Sunda, keluarganya tinggal di Indonesia. Beliau juga menjelaskan sedikit tentang bagaimana orang Korea tidak suka diambil photonya sembunyi-sembunyi (perasaan semua orang deh hahaha). Karena kejadian waktu kita mau ambil photo eh posternya Hyun Bin (niat amat kita hahaha), pengemudi mobil samping langsung melolot. Geer amat bos! Hahaha. Mr. Kang Eddy juga bercerita bagaimana tertib dan teraturnya orang-orang Korea dalam berlalu lintas. 

Halte Bus di Kyungnam Wedding Hall

Tidak berasa karena asik mengobrol, kurang dari satu jam, kami sampai di dekat halte bus Kyungnam Wedding Hall, sesuai petunjuk yang kami terima via email ketika booking hostel. Terima kasih Pak Eddy. Sudah menyempatkan mengantar kami, padahal harus balik ke bandara lagi karena ada tamu kedutaan yang lain. 

Udara yang sedikit dingin tapi sejuk menyambut. Kembali membaca petunjuk dan melihat sekeliling. Satu kata, bingung hahaha. Aai lalu bertanya kepada seorang ajuma (tante) yang sedang bekerja di kios semir sepatunya. Jangan membayangkan tampang ibu-ibu yang kucel dan kumal. Ajuma itu rapi dan dandanan cantik banget. Rada-rada pakai bahasa tarzan ngomongnya, tapi untungnya ajuma-nya mengerti huruf roman, jadi pas dikasih lihat print out booking-an hostel, dia tahu maksud kita. Ajumanya langsung telpon lho ke hostelnya. Kita langsung terpana. Orang baik kedua yang kita temukan di Korea!

Dia kemudian bilang kita disuruh nunggu, orang hostel akan jemput. Pakai bahasa Korea yang diartikan oleh Aai hihihi. Pokoknya intinya dia nyuruh kita menunggu kata Aai. Sambil menunggu kita photo-photo sama ahjuma. Sekitar lima belas menit kemudian datang seorang cowok. Dia ternyata staf Kimchi Hong, wahhh baiklah. Khamsahamnida Ajuma.

Berjalan menuju Kimchi Hong kira-kira sepuluh menit. Untung jalanannya bagus, jadilah kita olahraga pagi geret-geret koper nggak terlalu berasa hahaha. Nama staf itu Stephen (kalau nggak salah. Orangnya pendiam, tapi baik). Biasalah buat pergaulan banyak anak muda Korea punya nama barat :). Dia bisa berbahasa Inggris, meski terpatah-patah dan mendengarnya juga harus ekstra gitu. Akhirnya sampai juga, tetapi kami harus menunggu sebentar karena kamar yang akan kami tempati penghuninya yang check out belum selesai berbenah. 

Di depan Kimchi Hong
Kimchi Hong, rumah dua tingkat, dan satu basement. Letaknya di daerah Mapo-gu, stasiun subway terdekat adalah Hongik Station sekitar lima menit kalau bejalan cepat dan 10 menit kalau jalan santai :D. Berada di komplek perumahan, kayak rumah kos-kosan gitulah. Di ruang tamu ada sofa, tv, dan tiga buah komputer. Ada beberapa bule yang lagi leha-leha sambil main laptop di sofa. Yah, kita saling melempar senyum. Dan ada seorang cewek yang kayaknya orang Korea lagi internetan di komputer hostel. Dia menyapa kami dalam bahasa Inggris. Luna namanya. Awalnya kami kira dia adalah salah satu staf, ternyata juga tamu hahaha. Habisnya dia seliweran sudah kayak di rumah sendiri, ya iyalah dia orang Korea juga. Dia berasal dari Busan, lagi mengurus persiapan kuliah di Sydney.

Kemudian datang seorang staf lagi, namanya Smith. Cakep hahaha. Dia berbicara dengan kami dan tentunya dengan bahasa Inggris yang sulittt kami mengerti. Musti ada pengulangan kalimat baru deh ngerti hahaha. Jadi intinya dia tuh mau bilang makan dulu keluar, kasihan nanti kita kelaparan. Awalnya kita malah mengira dia mau sediain makanan hahaha. Karena lihat badan Aai dan Ipat kecil kali ya jadi khawatir kami kelaparan. Dia nggak lihat badanku berisi hahaha, jadi telat makan sejam dua jam mah nggak masalah. Kita dengan susah payah bilang, nggak masalah, kita belum lapar. Dia masih nanya-nanya benar gitu nggak lapar hahaha. Kita bilang, kita mau mandi, beres-beres, terus mau shalat dulu, baru pergi lagi dan cari makan.

“Ohhh praying. I see.” Dia lalu membuat gerakan kayak takbir gitu. Katanya sih tamunya juga ada yang berjilbab sebelumnya makanya dia tahu maksud kita. Oke Mr. Smith hahaha. 

Setelah hampir satu jam menunggu kamar kita bisa juga ditempati. Di lantai dua. Female Dormitory. Dengan tiga tempat tidur tingkat dua. Jadi satu kamar dihuni enam orang. Dan Luna salah satu penghuninya. Di dalam kamar terdapat lemari buat menyimpan koper, dan juga ada locker untuk menyimpan barang-barang berharga. Kami segera bergantian mandi dan shalat. Tidak ada rasa capek karena begitu semangatnya. Meski telah melewati sekitar 7 jam penerbangan. Rasa capek hilang seketika kami menginjakkan kaki di bandara Incheon tadi.

Setelah melihat kondisi Kimchi Hong, kami memutuskan untuk melanjutkan menginap di sini sampai kami pulang. Kecuali tanggal 3 dan 4 Juni. Karena besok kami akan menuju Busan dan kembali tanggal 4 Juni. Tetapi tanggal 4 Juni, kamar di Kimchi Hong penuh, jadinya kami harus memikirkan alternatif penginapan lain. Kami bisa menitipkan koper selama kami pergi ke Busan. Gratisss hahaha. Karena biasanya hostel-hostel lain menyediakan jasa penitipan koper/barang. Untuk penginapan tanggal 4 Juni, kami pikirkan nanti. Dan ini menyebabkan kami mengalami petualangan yang lumayan seru hihihi. 

Harga kamarnya USD 15.63/orang (sekitar Rp 135.000an dengan kurs bulan Juni sekitar Rp 8.600). Untuk tanggal 5 Juni harganya berbeda karena itu hari minggu. Karena setiap weekend pasti harga hostel akan berbeda dari hari biasa. Sekitar Rp 160.000-an untuk hari minggu tersebut.

Peta Subway Seoul
Setelah selesai urusan pembayaran biaya penginapan, kami menanyakan kepada Smith dan Luna transportasi menuju Itaewon. Mereka menyarankan untuk naik subway, akan lebih gampang begitu menurut mereka. Kami yang sedari awal sudah memegang peta subway hanya bengong melihat rutenya. Ribetnya. Tetapi kata Smith dan Luna, nanti juga akan mengerti. Untuk menuju Itaewon kami harus turun di Itaewon Station, Line 6. Menurut Luna dan Smith kami harus menuju Hapjeong Station, dan berganti subway Line 6 menuju Itaewon. Oke Hapjeong Station.

Kami berjalan keluar menuju station subway terdekat. Kami menanyakan ke beberapa orang dimana itu Hapjeong Station. Yang kami tanya pada baik-baik semua, sayangnya jarang yang mengerti bahasa Inggris. Sampai akhirnya ketemu cowok-cowok (dasarnya emang niat bertanya ama cowok hahaha) dan menanyakan Hapjeong Station. Salah seorang dari mereka mengeluarkan handphone canggih, mencari jalur subway. Dan menunjukkan arah Hapjeong Station. Dengan semangat empat lima, kami mengikuti arahnya. Tetapi udah lima belas menit jalan tuh Hapjeong Station belum keliatan juga ya? Kata mereka dekat. Apa karena mereka jalannya suka cepat jadi bagi mereka dekat. Di tengah perjalanan kami menanyakan lagi kepada orang yang kami temui arah Hapjeong Station. Lurus saja, sebentar lagi sampai. Oke baiklah.

Setelah kurang lebih setengah jam berjalan, akhirnya Hapjeong Station ketemu! Dan setelah kami pulang baru sadar seharusnya menuju Hapjeong Station ini nggak harus jalan kaki! Harusnya kami naik dari Hongik Station, yang berada dekat banget tempat kami tadi bertanya pada orang-orang. Tetapi kami nggak menyesal tuh, soalnya jalanannya nyaman banget buat pejalan kaki. Berjalan melewati satu station, bukannya nggak berasa tapi nikmati saja. Itu seninya kalau jalan-jalan. Asal jangan keseringan hihihi.

Memasuki stasiun subway, wahhh rada bingung lagi, petunjuknya sangat banyak. Papan informasi sangat jelas. Tanda penunjuk arah juga jelas banget. Maklum sih kami masih rada-rada jetlag (ngeles banget). Lagi berdiri melihat peta subway, untuk menetukan arah yang kami tuju, disamperin sepasang Opa dan Oma. Dan mereka menunjukkan kami arah mana yang harus diambil, tidak itu saja mengantarkan kami sampai menemukan tempat kami harus masuk. Mereka orang baik kesekian yang kami temui, setelah tadi di jalanan begitu banyak orang-orang yang kami tanyai. 

Saatnya membeli tiket. Berdiri di depan mesin T-Money dengan bengong. Lagi hahaha. Menunya ada bahasa Inggrisnya, tetapi kita masih bingung saja biasalah belum adaptasi (alasan lagi :D). Apa yang terjadi di saat kami melihat  mesin itu dengan penuh tanya? Ada seorang mas-mas (hahaha orang Jawa kali) yang berteriak-teriak sambil menunjuk ke arah kami. Dia sudah terlanjur masuk ke dalam gate. Apa kami disangkain teroris yang mau menyabotase mesin T-Money? Hahaha imajinasi berlebihan. 

Ternyata, dia berteriak ke petugas yang ada nggak jauh dari mesin yang memang tidak melihat kami. Mungkin dalam bahasanya dia meminta bapak petugas menolong kami. Bapak petugas itu langsung menghampiri kami. Sumpah kami terpana, dan hanya mampu mengangguk-anggukan kepala tanda terima kasih kepada mas-mas tadi. Dia melambaikan tangan. Whoaaaa begitu banyaknya orang baik yang kami temui di saat belum 24 jam kami berada di negara ini. Pengen nangis saking terharunya. 

Kami sungguh tidak percaya, dengan apa yang kami alami. Menyangka akan begitu pusing karena nekat pergi bertiga, tanpa ikut travel. Banyak info juga yang mengatakan orang Korea kasar dan jutek. Mungkin dimana-mana sama saja ya. Ada orang baik dan kurang baik. Kebetulan kami bertemu dengan orang-orang baik. Huaaaaaa ternyata sangat menyenangkan. Meski masih ada hari-hari berikutnya. Semoga hari-hari berikutnya juga menyenangkan. 

Bapak petugas itu menunjukan cara bagaimana membeli kartu T-Money. Kami membeli Seoul City Pass + Card. Seoul City Pass + Card adalah kartu T-Money yang khusus untuk turis. Jadi selain untuk tiket subway, bus dan taxi juga bisa mendapatkan diskon di beberapa museum, galeri, teater, bahkan naik boat di Hangang River. Detail tempat-tempat yang didiskon tersebut terdapat di dalam kotak Seoul City Pass + Card. Setelah menunjukan caranya bapak petugas tersebut mempersilahkan kami kami mencoba sendiri untuk dua tiket berikutnya. Kalau tidak salah kami membelinya 5.000 won, dan nantinya bisa diisi ulang. Biaya kartu sendiri 3.000 won. Kalau nanti sudah mau pulang, sisa uang yang ada bisa kita ambil. Tetapi kami memutuskan membawanya pulang ke Indonesia, lagipula sisanya sedikit hahaha. Akhirnya berkat bantuan bapak petugas kami sudah memegang Seoul City Pass + Card. Terima kasih, khamsahamnida. 

Jengjeng… saatnya naik subway. Masuk gate, kemudian menuju perhentian subwaynya. Ternyata harus menuruni beberapa kali anak tangga, eskalator, anak tangga lagi hahaha. Bersih dan rapi. Lumayan juga nih jalannya. Yang menarik adalah kami awalnya berdiri berdampingan ketika eskalator. Tetapi orang-orang berdiri di lajur kanan. Ternyata lajur kiri buat mereka yang berniat jalan cepat alias terburu-buru. Jadinya kami kemudian mengikuti orang-orang berdiri di jalur kanan :). Pelajaran dan pengalaman baru lagi.

Akhirnya sampai juga. Setelah sedikit ngos-ngosan :D. Subwaynya datang. Masuk dan rasanya seperti naik KRL AC sih, ya miriplah. Orang-orangnya saja yang beda. Hahaha ya iyalah. Lumayan penuh saat kami masuk. Langsung duduk paling pojok karena itu yang kosong. Peta line subway terlihat diatas pintu. Pemberitahuan perhentiannya pun dalam bahasa Korea dan Inggris. Tetapi cara yang lebih gampang bagi kami adalah menghitung jumlah station yang kami lewati ^_^. 

Sekitar lima menit kami duduk, tiba-tiba oma-oma disamping bicara dengan bahasa Inggris terpatah-patah.

You can not sit here, because it’s for fourty five year old.”

Kami agak terpana, dan langsung melihat tanda di belakang. Jiahhhh bodohnya hahaha. Maklum nggak bisa lihat kursi kosong, main duduk saja. Ternyata itu memang khusus untuk lansia dan ibu-ibu hamil (kalau nggak salah ya, soalnya aku tidak melihat jelas tandanya, hanya melihat sekilas hehehe). Pantesan pada nggak ada yang mau duduk meski yang di depan kami kosong. Dengan agak-agak malu gitu kami berdiri. Sambil tersenyum pada si oma. Tetapi kenapa dia lama baru ngasih tahu ya? Mungkin dia musti ngumpulin semua kosa kata yang dia punya. Hehehe. Baiklah oma. Terima kasih sudah mengingatkan kami. 

Sekitar setengah jam kemudian, kami sudah hampir sampai di Itaewon Station. Itaewon terkenal tempatnya para turis di Korea. Terlihat banyak restoran Turki, India dan yang jualan kebab. Sebelum menuju Seoul Central Mosque, kami memutuskan mencari makan terlebih dahulu. Awalnya tertarik sama menu masakan Korea, tetapi akhirnya kami memutuskan tidak makan di sana karena ragu. Kami kemudian sepakat masuk ke restoran India. Ketika melihat menu bingung juga karena referensi masakan India kurang. Gila! Harga sepiring nasi 2.000 Won? Hampir Rp 18.000. Glek. Gimana makanan yang lain? Mahal-mahal. Memang sih di buku Mbak Claudia, salah satu tipsnya adalah hindari makan di restoran. Tetapi karena kami sudah sangat lapar, ya sedikit melanggar bolehlah hihihi.





Kami akhirnya memesan nasi, terus sejenis pastel gitu (isinya ada daging, sayur-sayuran) dan kari ayam. Standar masakan India sih, bumbu dan baunya menyengat. Perut lapar ya enak-enak saja hahaha. Harganya lumayan deh sekitar Rp 230.000  untuk total semua makanan. Hah, nggak lagi-lagi deh hahaha. Sedikit ada insiden, minuman yang ada dalam tasku pecah. Walhasil deh tuh pada basah. Untung kamera lagi dipegang. Minuman yang ada rasanya lagi, jadinya lengket-lengket deh. Bersih-bersih dikit di wastafel. Mari kita lanjutkan perjalanan.


Seoul Central Mosque di Itaewon
Menuju Seoul Central Mosque, jalanannya sedikit menanjak. Maklum deh kongtur tanah di Korea perbukitan. Untung makan dulu tadi. Seoul Central Mosque adalah mesjid yang terbesar di Korea. Setelah sekitar lima belas menit berjalan sampai deh. Pemandangan dari atas masjid Itaewon bagus. Lagi ada beberapa bapak-bapak berjenggot dan mas-mas yang lagi berkumpul di dalam mesjid. Lagi ada pengajian gitu kayaknya. Dan yang membuat kami tertarik adalah, ada orang Korea ya seperti turis domestik gitu yang juga lagi berkunjung. Untuk jelasnya bentuk mesjidnya silahkan dilihat photonya. Kami sempat masuk ke dalam tempat shalat wanita. Waktu itu sekitar pukul lima sore. Tadinya kami ingin shalat Maghrib di sini, tetapi ketika kami tanyakan masih lama waktunya. Sekitar pukul 19.30 waktu Korea. Jadi kami memutuskan untuk menuju ke Gwanghwamun Plaza

Ketika sedang berjalan kembali menuju station Itaewon, kami melihat poster Hyun Bin di depan sebuah jimjilbang (sauna). Sepertinya jimjilbang ini tempat syuting Secret Garden, mungkin. Jadinya narsis-narsisan dulu ama poster saja, berhubung yang bersangkutan lagi wajib militer hahaha. 

Untuk mencapai Gwanghwamun Plaza kami seharusnya naik subway dari Itaewon Station menuju Gongdoek Station dan pindah ke line 5 menuju Gwanghwamun. Atau menuju Cheonggu Station dan pindah ke line 5. Karena masih buta peta subway, kami turun di Yaksu Station dan pindah ke line 3 yang menuju ke Jongno3(sam)-ga dan baru pindah ke line 5 menuju Gwanghwamun. Hasilnya membuat kami cukup pegal naik turun tangga dan escalator untuk berpindah line hahaha. Setelah penuh perjuangan kami sampai juga di Gwanghwamun Plaza.

Awalnya tujuan kami berdasarkan itinerary adalah Gyeongbokgung Palace yang letaknya tidak jauh dari Gwanghwamun Plaza. Tetapi berhubung sudah pukul 18.30, pastinya sudah tutup. Jam operasinya dari pukul 09.00 sd 18.00 untuk bulan Maret – Oktober dan pukul 09.00 sd 17.00 dari bulan November – Februari. Gyeongbokgung Palace  tutup setiap hari Selasa. Kami hanya bisa menatap gerbang Gyeongbokgung Palace. Dan berjanji sepulang dari Busan akan datang lagi. Kesannya gimana gitu hahaha. 

Tadi ketika kami melewat jalanan menuju Gwanghwamun Plaza, ada taman yang masih tersisa bunga-bunga cantiknya. Banyak orang-orang yang duduk di sana. Nyaman memang. Dan ada beberapa patung yang lagi duduk sambil membaca buku. Mungkin maksudnya lo ke sini baca buku dong hahaha. Kita sempat duduk-duduk di sana dan berphoto ria dengan beberapa bapak-bapak yang mengajak kita ngobrol. Kami jalan lagi dan melihat sedang ada pertunjukan musik di sebuah panggung kecil di sebelah gedung Sejong Center. Konon kabarnya  di area Gwanghwamun ini, salah satu tempat mejengnya anak muda Korea, tempat gaul hihihi.

Raja Sejong
Kami kemudian duduk di tangga yang ada di depan Sejong Center setelah tadi berjalan ke arah gerbang Gyeongbokgung Palace. Banyak orang-orang duduk di tangga-tangga depan gedung ini. Duduk melepas penat kaki dan melihat ke arah jalanan, dimana orang-orang bersiliweran. Lagi jamnya pulang kantor. Dari tempat kami duduk terlihat patung Raja Sejong, Penemu huruf Hangul di tengah alun-alunnya Gwanghwamun. 

Sedang asik-asik ngobrol, tiba-tiba ada dua gadis Korea yang menghampiri kami. Awalnya menanyakan kami dari mana, dan kemudian akhirnya ngobrol. Tetap dengan keterbatasan bahasa Inggris dan kadang diselingi bahasa Korea. Mereka adalah mahasiswi jurusan tari. Mereka menanyakan kenapa kami pakai jilbab. Tetapi terlihat mereka tulus bertanya karena ingin tahu. Setelah dijawab, tanggapan mereka juga kocak. Kalau di Korea bebas pakaiannya, mau terbuka atau tertutup. Hahaha senang bertemu mereka. 


Kejadian lucu ketika salah seorang dari mereka mengatakan sesuatu tetapi kami harus bertanya berkali-kali apa maksudnya. Sampai akirnya dia mengeluarkan buku dan menulis maksudnya. Hahaha ternyata kata yang dimaksud adalah “learn”. Jadi mereka bertanya mau nggak diajarkan dance. Hahaha dengan halus kita menolak, selain nggak bisa, nanti malah jadi tontonan orang-orang. Akhirnya kami berphoto ria, dan saat itulah kameraku langsung mati. Ternyata low bat, dan baterai cadangannya ketinggalan di hostel. Sementara itu kamera Ipat juga sudah mati dari tadi. Mimpi buruk!


Akhirnya kami photo memakai handphone canggih salah satu mereka (lupa namanya, susah eja namanya hihihi). Saat aku yang lagi bermaksud mengambil photo, tiba-tiba dihampiri seorang mbak-mbak. Memberikan isyarat biar dia saja yang mengambil photo dan aku disuruh ikutan photo. Sempat bengong sesaat. Wahhhh… baiknya. Beneran hari ini orang-orang baik menghampiri kami.

Setelah usai obrolan dengan dua gadis Korea tadi kami menuju ke tengah alun-alun. Dimana selain patung Raja Sejong juga terdapat patung pahlawan angkatan laut terbesar Korea Laksmana Yi Sun-shin di dekat 300 buah air mancur yang akan menyala pada jam-jam tertentu. Awalnya kami bingung, ke tengah tersebut lewat mana. Orang-orang kenapa bisa sampai di sana. Ternyata lewatnya di bawah tanah hehehhe. Pantesan nggak macet :D. Dan saat kita sampai di sana lagi menyala air mancurnya. Tetapiiii karena kelalaianku meninggalkan baterai cadangan di hostel, keindahan air mancur tersebut tidak bisa kami abadikan. Sedih :(

Pelajaran berharga, periksa kembali perlengkapan sebelum berangkat. Jangan karena saking semangatnya, melupakan hal yang kecil tetapi sangat berharga. Berharga buat yang doyan photo hihihi. Untuk mengurangi penderitaan hahaha lebay, kami menikmati pemandangan malam itu. Romantis. Membayangkan kalau jalan sama seseorang hahaha. Byarrrr.. bayangan langsung buyar, kecipratan air hahaha. Jalanan lumayan banyak mobil lalu lalang tetapi lancar dan tidak macet. 


Setelah puas kami tadinya juga mau ke Cheonggyecheon Stream. Sungai kecil sekitar 6 km yang membelah pusat kota Seoul. Menurut buku Mbak Claudia Kaunang sungai ini menjadi tempat rekreasi warga Seoul dan turis. Tetapi karena sudah kelelahan kami akhirnya memutuskan pulang ke hostel. Karena menuju Cheonggyecheon Stream harus berjalan kaki sekian menit dari patung Laksmana Yi Sun-shin. Kami menyerah daripada kecapean besoknya. Sudah pukul 10an ketika kami pulang ke hostel. Kembali membaca peta subway dan berhasil menuju Hongik Station setelah dari Gwanghwamun line 5 pindah di Chungjeongno ke line 2 menuju Hongik Station.

Sebelum sampai hostel kami mampir di seven eleven, untuk membeli makan malam dan buat sarapan besok. Bawa mie instant dan sereal sih, pengen coba saja makanan instant Korea hihihi. Sebelum membayar Aai bertanya apakah makanan ini tidak mengandung bahan yang kita tidak boleh memakannya. Harganya berkisar 2.000 sd 5.000 Won. Sesampai di hostel kita menanyakan ke Smith apakah bisa menggunakan microwave. Dan Smith menunjukkan caranya. Komentar dia ketika melihat makanan yang kita pilih. 

It’s so spicy.’

Jiahhh dia nggak tahu kita orang Padang suka pedas hahaha. Dia mungkin merasa nih orang malam-malam makan pedas apa nggak sakit perut :D. Aai memang tidak bisa makan pedas dia hanya membeli nasi putih dan membawa bekal ikan bilih (ikan-ikan kecil) dari Padang. Makan dengan mata mengantuk dan badan capek. Tetapi kesimpulannya hari ini kita puas dan menikmati apa yang kita temui dan alami. Setelah makan, istirahat sebentar kemudian mandi dan shalat. Sepertinya para penghuni lain belum kembali ke kamar. Hanya Luna tadi yang terlihat di ruangan tamu bawah. Setelah membicarakan rencana perjalanan besok kita kemudian tidur. Bersiap-siap untuk ke Busan besok pagi. Semoga besok juga menyenangkan. Selamat malam :)


Dee


7 komentar:

  1. Yaolooooo....kenapa gak bilang-bilang kalo udah ke Korea. Kan bisa titip salam ke Song Hye Kyo kalo aku tau. hiks

    BalasHapus
  2. Buru-buru perginya ke sana Riu, soalnya Hyun Bin cuma waktu cuti bentar doang *pletak hahaha
    Ntar klo Song Hye Kyo sms, aku sampaikan salamnya ya LOL *mabok.

    BalasHapus
  3. Uniiiiii.. aciiiiiiik jalan-jalannyaaaa.. :D

    BalasHapus
  4. Hihihi iya nih Mbak Nina. Alhamdulillah bisa dapat rejeki jalan2 :)

    BalasHapus
  5. Cieee... cieee... oleh2 dunk.. :p

    BalasHapus
  6. unni... annyeong. aku boleh minta no hape nggak? jebal jebal jebal... T^T
    soalnya aku sama 2 temen aku juga mau go to korea.. masih 2016 sih, cuma lagi persiapan aja sekarang....
    aku mau tanya2 tentang cara ngebooking hostel kimchi hong itu hikss

    BalasHapus
  7. Kimmissa : ada emailnya? nanti aku kirim via email no hpnya :)

    BalasHapus