Dongnae Foot Bath Hot Spring, Eodie Isseoyo? (Day 3 – Korea 2011)

04 Juni 2011 (Busan – Seoul)
Pagi yang segar! Setelah tidur dengan cukup pulas semalam, pagi ini kami akan kembali ke Seoul. Pengennya sih masih ingin berlama-lama di Busan, sayangnya terkendala oleh waktu. Setelah sarapan dengan Bibimbab instan yang dibeli semalam di mini market, kami kemudian meninggalkan Marubee. Nggak sempat pamit sama pemiliknya, karena mereka masih tidur. Kami hanya meninggalkan surat kecil dan sedikit cinderamata.



Sebelum meninggalkan Busan, kami ingin kembali menikmati angin Haeundae Beach. Semoga suatu saat bisa kembali lagi. Ketika melewati stand-stand yang ada di sekitar pantai, kami dipanggil oma-oma yang lagi jaga stand. Ngobrol-ngobrol sebentar dengan beliau, nanya kami darimana, sekolah dimana hahaha *keliatan awet muda sihhh, huekkk. Oma-omanya bilang nanti siang ada acara, dan menyarankan kami untuk melihatnya. Dengan halus terpaksa kami menolak karena harus ke lokasi lain sebelum kembali ke Seoul.

Sebelum menuju lokasi-lokasi wisata yang akan kami kunjungi, kami membeli tiket terusan seharga 3,500 won. Jadi tiket ini bisa digunakan selama 24 jam ke rute manapun. Akan lebih irit jika kami mengunjungi beberapa tempat sekaligus dalam satu hari.

Lokasi pertama yang akan kami kunjungi pagi ini adalah Shinsegae Centum City. Salah satu mall terbesar di dunia. Tetapi berhubung tidak punya waktu cukup untuk mengelilingi mall besar ini, kami hanya bernarsis ria di lantai dasar yang langsung terhubung dengan stasiun subway. Sempat berphoto ria dengan cowok-cowok imut hahaha, masih SMP kayaknya. Habisnya lirik-lirik kami terus, ya kami tawarkan saja untuk berphoto. Seru-seru juga mereka. Malah mereka yang bersemangat ketika berphoto.

Kemudian kami malah menuju luar mall. Tidak sempat melihat dalamnya, setidaknya bisa melihat mall ini dari luar hahaha. Suasana di luar nyaman dan bagus, banyak tempat duduk-duduknya. Kami tertarik melihat banyak orang yang berjalan ke seberang mall. Ada apa gerangan? Ternyata di seberang mall ini ada sungai yang bernama Suyeong River. Sepertinya mirip Hangang River versi kecil hihihi. Dan sungai ini sangat bersih dan jernih! Kami bisa melihat ikan-ikan yang lagi berenang, ya iyalah, masak ikannya terbang hihihi. Ketika jalan ke sungai ini sempat disapa sama anak-anak sekolahan juga, kali ini sepertinya anak SMA. Dan kembali kamera beraksi hahaha. Sebelum mencapai Suyeong River kami melewati taman hijau yang nyaman dan bersih. Pas banget buat sekedar jalan atau olahraga pagi maupun sore hari.

Setelah Shinsegae Centum City tujuan kami berikutnya adalah  Gukje Market. Di Gukje Market ini ada tiga pasar sebenarnya, Gukje, Kkangtong, dan Bupyeong Market. Tetapi untuk memudahkannya orang-orang menyebut ketiga pasar ini Gukje Market (sumber buku Claudia Kaunang). Kami sempatkan mengitari pasar, melihat-lihat dan membeli hehehe. Kami sendiri tidak tahu apakah kami masuk di ketiga pasar tersebut. Yang kebetulan terlihat adalah petunjuk Bupyeong Market. Untuk keluar dari Gukje Market, sempat membuat kami kewalahan mencari stasiun subway tempat kami masuk pertama kali.

Setelah mutar-mutar di Gukje Market, perut mulai terasa lapar! Wahhh sempat bingung mau makan dimana. Yang jualan makanan banyak, namanya juga di pasar. Kami harus ekstra hati-hati untuk mencari makanan halal. Kami akhirnya masuk ke sebuah rumah makan, dan menanyakan apakah mereka memasak b**i atau tidak. Dan syukurlah mereka ternyata tidak memasak makanan tersebut. Dan jrengggg lihatlah pesanan kami. Menggiurkan bukan? Ramyeonnya super enak! Semuanya enak. Meokgesseumnida (selamat makan).

Perut sudah kenyang, tenaga sudah pulih kembali hihihi, saatnya menuju lokasi terakhir kami di Busan, Dongnae Foot Bath Hot Spring. Menurut bukunya Mbak Claudia Kaunang sih, jaraknya dari Oncheonjang Station sekitar 15 menit jalan kaki. Tetapi kami baru bisa menemukannya setelah hampir satu jam jalan kaki! Hahaha bukan karena malu bertanya juga makanya kami jalan-jalan, Jarang yang tahu ketika kami tanya lokasinya dimana. Mungkin karena begitu banyaknya spa yang ada di lokasi itu atau kami salah bertanya dengan menunjukkan bahasa latin bukan tulisan Korea hihihi.

Akhirnya dengan berdarah-darah *lebay, kami menemukannya. Sempat nih bingung sama bapak satpam hotel yang persis di depan Dongnae Spa ini. Kami bertanya padanya dan dia bilang nggak tahu. Pastilah dia nggak tahu, dia kan satpam hotel, bukan satpam Dongnae Spa hihihi.

Jangan membayangkan tempat spa yang besar, tertutup. Kami saja terpana melihatnya. Namanya juga foot bath ya dan gratis pula, berarti spa yang buat masukin kaki doang hahaha. Dan yang ada di sana oma-oma dan opa-opa! Sudah dibilang sih sama Mbak Claudia kalau penghuninya kebanyakan para lansia. Mereka memandangi kami dengan penuh tanya. Hihihi para jilbaber, masih muda, ngapain nih? Tetapi mereka juga ramah-ramah. Menunjukan pada kami, proses memasukan kaki ke dalam kolam air panasnya. Beberapa orang bertanya pada kami. Biasalah asal usul dan sekolah dimana. Mudanya hahaha...

Air panas di spa ini lumayan juga buat menghilangkan pegal-pegal kaki setelah tadi hampir satu jam mencari tempat ini. Jadi kolamnya ada yang panasnya sedang dan yang bersuhu panas sekitar 60-an derajat Celcius. Berasa sangat muda dikelilingi para oma dan opa. Tempatnya itu sepertinya tempat nongkrong mereka, tempat gaul hahaha. Mereka saling bercengkrama, bercanda. Seru juga melihatnya. Kalau mau spa yang lebih serius atau berbayar, di sekitar daerah ini ada beberapa pilihan.

Saatnya berpisah dengan mereka! Annyeonghi gyeseyo halmeoni, harabeoji!

Kami kembali ke Busan Station. Sembari menunggu keberangkatan bus, kami mencari tempat untuk shalat Ashar. Ada kejadian cukup berkesan di sini. Kami shalat di lantai dua. Tempatnya cukup sepi, di sebuah pojokan. Sepertinya sih disampingnya ada gudang. Shalatlah kami di sana. Nggak berapa lama datanglah dua, orang cowok dan cewek. Aai yang sedang menunggu kami shalat, ditanya oleh mereka, aku dan Ipat lagi ngapain. Aai menjelaskan kalau kami lagi shalat.

“Haruskah sekarang?” tanya yang cewek.

“Iya, karena ada waktunya,” jawab Aai.

“Masih lamakah?” tanyanya lagi.

“Sebentar lagi,” jawab Aai.

Mereka akhirnya menunggu kami selesai shalat. Ternyata mereka mau membuka pintu gudang yang terhalang oleh kami. Ternyata gudang itu adalah tempat penyimpanan daging b**i hihihi.  Allah Maha Mengerti kan?

Bus yang akan kami tumpangi berangkat sekitar jam delapan malam. Wah bakalan tengah malam nantinya sampai di Seoul, sementara kami belum punya tempat menginap. Gawat! Kami segera mencari warnet untuk mengecek ketersediaan penginapan. Kami menemukan beberapa hostel yang berdasarkan data di webnya masih kosong. Kami kemudian mencatat nama dan no telepon hotel yang terdekat dari stasiun bus. Oke permasalahan selesai. Segampang itu? Mari kita lihat apa yang terjadi nantinya hahaha.



Dee

1 komentar:

  1. Some authorities, 온라인카지노 corresponding to Aubespine, have tried to explain the severity of the ancient canons in opposition to playing by supposing that idolatry was often linked with it in follow. The items that had been performed with had been small-sized idols, or pictures of the gods, which had been invoked by the players for good luck. However, as Benedict XIV remarks, this will hardly be true, as in that case the penalties would have been nonetheless more extreme.

    BalasHapus